Sisi Lain Puasa Panjang
Salah satu sisi lain puasa panjang adalah malam yang pendek. Ya, malam yang pendek hanya berlangsung kurang lebih lima jam di antara waktu berbuka dan sahur. Dalam rentang waktu yang cukup singkat itu, kami harus pandai-pandai mengatur semua aktivitas yang berhubungan dengan puasa Ramadhan: buka puasa atau takjil, shalat fardhu, shalat sunnah (termasuk tarawih), tadarus, dan sahur.
Dan, rupanya tidak mudah mengatur semua kegiatan tersebut dalam sebuah pola yang baik. Saya dan istri, misalnya. Soal buka puasa, kami cenderung memakan yang manis dan ringan terlebih dahulu. Makan nasi sedapatnya setelah maghrib. Ketika di Indonesia, saya bahkan memilih sepulang tarawih, agar ketika shalat tarawih tidak mengantuk.
Anak-anak berbeda. Mereka menghendaki makanan manis dan berat sekaligus sebelum shalat maghrib. Kami maklum dan mengalah. Fisik mereka menuntut segera istirahat.
Karenanya, usai shalat maghrib, saya anjurkan mereka untuk menjamak dengan shalat Isya', karena dari matanya mereka sudah tampak di kisaran 5 watt, sementara jarum jam menunjuk angka sepuluh lebih. Saya hanya memotivasi anak saya yang paling besar paling tidak tiga rakaat setalah Isya', dua plus satu witir.
Tidur lebih awal sebelum waktu Isya' normal ini pun tidak menjamin mudahnya membangunkan mereka di waktu sahur. Tidur empat jam setengah untuk kemudian bangun bagi ukuran anak-anak tidaklah mudah. Yang saya syukuri, pada Ramadhan kali ini, anak-anak mampu untuk bangun dan makan sahur sendiri.
Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, mereka tidak mampu bangun, sehingga butuh tangan ayah dan ibunya untuk menyuapi mereka yang setengah tidur. Sampai-sampai, anak kedua saya, benar-benar tidak percaya jika dirinya telah makan sahur ketika bangun. Beruntung camera ponsel saya sempat merekamnya, sehingga dia tidak bisa lagi untuk komplain.
Seorang sahabat mempunyai kiat. Anak-anaknya disuruh tidur sepulang sekolah. Kami sudah mencoba cara ini dan ternyata gagal. Anak-anak tidak biasa tidur siang meskipun hari berjalan gontai pelan.
Pernik-pernik semacam ini adalah pengalaman baru dalam menjalani ibadah Ramadhan di negeri orang, dan suatu saat insya Allah akan menjadi cerita indah bagi anak-anak.
Birmingham, 24.06.15
Al Faqir Ibnu Sabil
Komentar