Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2005

Selamat Datang Juli

Apakah masih ada yang layak untuk dikabarkan?; sepertinya semuabiasa-biasa saja. Bedanya aku tidak menetap di satu tempat. Lebih tepatnya tidak jenak di satu tempat. Sebentar di Deak, sebentar di Jogja, sempat juga ke Gresik dan Surabaya. Ada kerja yang berantakan. Tidak terselaiakan dengan sempurna. Aku salah. Selamat datang Juli. Benar kan ini sudah Juli. Sudah hampir setengah bulan aku minggat dari rumah. Melarikan diri dari sandiwara. Ah lebih tepatnya melarikan diri dari kebingungan. Di sini, di Jogja, aku mengejar rezeki. Kemrungsung. Ada ketenangan yang terampas. Ada ritual agama yang terlantar. Seringkali bangun siang dan sembahyang subuh qodhoan. Hampir tidak pernah puasa solat malam dan duha. Puasa berkali-kali gagal. Merokok, ngeteh, ngopi dan memaki kumat lagi. Ayo. tundukkan dirimu. Jaga mulut dan perut. Senyum dan sapalah temanmu, Iq.

sudah siang

hari sudah siang tapi aku belum sikat gigi setelah tidur mulai jam 2 samapi 1/29. wah terlalu lama tidurnya. setelah ngleyout buku beberapa halaman, minta diantar hasta ke Selatan. Aku merasa perlu ambil sepatu di kos. Sepatu, sebuah harta yang kadang aku merasa terpaksa membutuhkannya. Setiap kali mau membeli sepatu baru, selalu timbul rasa sayang pada uang. Lebih baik beli buku dari pada sepatu. Mengapa tiba-tiba aku memfotokopi iajzah dan transkrip nilai untuk dilegalisir. Untuk apa? yah siapa tahu besok ada yang memintanya. aku ingin membelah jadi seribu diri aku merasa mau mati Lagi bokek nih hua hua

lho kok

lho kok begitu? emang tidak boleh? lagi-lagi di blimbingsari. ngetik dengan mata ngantuk. tidak jelas apa yang dicari. apa yang dikerjakan. menunggu waktu pulang lalu tidur. ah tidur lagi. apa sih yang sudah kulakukan seharian. sudah berbulan-bulan sejak angan-angan itu, sekarang belum apa-apa. ya masih belum apa-apa. terlalu banyak tidur sih. hi hi hi

Catatan keempat tentang kata dan cerita anak

Cacatan keempat Tentang kata juga dan anak Buku-buku cerita anak, pasti beda rasanya bila aku membacanya saat aku masih kecil. Ya tentu beda karena ada maksud yang kadang berbeda juga. Dulu, seandainya ada buku-buku di rumahku, tentu aku membacanya untuk menikmati ceritanya. Tidak lebih. Tapi ternyata sekarang aku baru membacanya dan bukan dalam rangka benar-benar menikmatinya tapi lebih karena ingin menambah bahan untuk menulis cerita anak. Sekarang aku hanya mau mengingat-ingat kembali apa yang aku dapat dari membaca beberapa cerita anak. Beberapa hari yang lalu aku membaca Makhluk Gerbang Sekolah-nya Imam Risdianto, Kakak-beradik Hati Singa-nya Astrid Lindgren, Pinokio-nya Carlo Collodi, dan Matilda yang aku lupa nama pengarangnya. Ohya aku juga membaca bagian awal novel anaknya Muhammad Ramadhan Batubara tapi aku lupa judulnya, dan bab pertama Hantu Kotak-kotak-nya Ayu, serta beberapa cerpen anak Imam Risdianto dan Ayu dalam kumpulan cerita anak Gadis Plastik. Adapun ceita anak

Catatan ketiga tentang Kata

Catatan ketiga Masih tentang kata Aku mengulang cerita tentang perkenalanku dengan puisi. Bermula dari ikut lomba baca puisi di kudus. Saat itulah aku belajar membaca puisi. Aku minta diajarin oleh guru bahasa Indonesia Aliyahku. Namanya bu… aduh aku kok lupa. Emm oh kalau tidak salah ingat namanya bu Masni. Tapi ternyata sepertinya dia juga bukan ahli baca puisi. Tapi Bu Masni sangat membantuku. Pertama, yang kami lakukan adalah memberi garis-garis miring pada naskah puisi yang akan aku baca. Garis miring itu untuk menandai di mana aku harus memberi jeda dalam membaca. Satu garis miring berarti jeda sebentar. Dua garis miring berarti jeda panjang. Kedua, Bu Masni memintaku membaca kemudian bu Masni membacakan dengan cara yang menurutku lebih bagus kemudian aku mencoba lagi dan mencoba lagi. Hari itu hari jumat. Karena hari itulah hari libur kami. Aku belajar sampai terdengar adzan jumat. Aku jumatan dulu. Setelah jumatan dijamu dengan makan siang. Wah bu Masni memang dengan baik. Tern

Bocah Pinggir Kali yang Tak Kenal Kata Dermaga

Bulan Ramadhan, tanggal dua belas, kira-kira duapuluh tahun yang lalu. Tepatnya tahun 1979 Masehi tapi sampai sekarang aku tetap tidak hafal tahun hijriyahnya. Aku juga tidak hafal waktu, itu hari apa dan pasarannya apa. Entah jam berapa aku juga tidak begitu ingat. Maksudku bukan ingat akan kejadian itu. Tentu saja aku tidak bisa mengingat kejadian 27 yang lalu. Saat itu hanya bayi yang hanya bisa menangis bila lapar atau haus. Aku hanya tahu dari catatan yang digoreskan bapak di punggung lemari kaca. Begitulah keluarga kami menyebut lemari jati itu karena pintunya yang besar dilapisi cermin besar. Setelah aku sekolah di MI, entah kelas berapa saat itu, aku bisa membaca coretan kapur putih di punggung lemari itu. Namaku tertulis di situ beserta tanggal lahirku. Tapi maaf aku sampai sekarang tidak ingat tahun hijriyahnya. Apalagi tahunnya, tanggal dan bulannya saja samapi aku kuliah belum aku hafal dengan benar. Beberapa kali aku kebingungan ketika mengisi formulir yang menanyakan temp

kabar gembira

kabar gembria sariawan dan gigi senut-senutnya dah hilang gip kaki ganti yang baru dan lebih ringan. lutut dan bisa ditekuk berjalan kalau jarak dekat bisa tanpa kruk kerjaan masih ada akhirnya bisa juga nulis beberapa cerita anak cerpen pendek dimuat di BENI masih kurang apa? ada teman yang bilang, faiq itu bejo-bejone wong Sekarang aku mau ikut lomba nulis cerpen anak dan dongeng di Bobo semoga bermanfaat. novelku amburadul... seringkali ceplas ceplos suka marah-marah kayak mau dapat tamu bulanan saja he he he he

hari ketigapuluhlima

Ini hari ketigapuluhlima. Ada apa? Koran mengabarkan akan datangnya angin puting beliung akan bertiup dari pantai selatan. Sultan menganjurkan warga untuk waspada. Kudengar juga ada anjuran membuat sesajen berupa masakan sayur sembilan macam. Masjid-masjid menyelenggarakan doa bersama. Siapa sih yang mau tertimpa musibah. Semua tentu ingin selamat. Ya semoga kita selamat. Tapi haruskah kita takut? tanpa badaipun aku sangat yakin bahwa mungkin saja, hari ini, sebentar lagi malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawaku. Aku tidak tahu apakah itu bersamaan dengan peristiwa apa. Semua serba mungkin. Mungkin saja hanya gara-gara tersedak air putih yang kuminum. Mungkin hanya gara-gara terkejut oleh suara gelas yang jatuh ke lantai. Haruskah aku takut?

PIKA NAMANYA

Gadis kecil yang kesepian, bocah kota yang sering main ke desa. Siang itu ada suara motor memasuki halaman puskesmas. Dia langsung keluar dan menyambut orang yang datang dengan tatapan ramah, dan beberapa pertanyaan 'Mau ketemu, Ibu?' Aku menggeleng. 'Mau ke mana?' Dia bertanya lagi sambil mendekati kami yang sedang memarkir Vespa di bawah pohon waru. Aku bilang aku ingin berteduh di bawah pohon dan istirahat. Bocah kecil itu tinggal di Puskesmas karena ibunya bidan. Tapi dia dan ibunya tidak tinggal di sini setiap hari. rumah mereka di kota. Hanya pada hari sabtu dan minggu saja mereka berdua datang dan menginap di puskesmas ini. Ibunya bidan. Seperti aku, temanku juga kagum dengan kebernaian bocah kecil ini. dia tidak takut dengan kami, orang lain yang belum dia kenal atau sekedar dia lihat sebelumnya. dia juga tahu kami bukan penduduk desa ini. Temanku berkenalan lalu bertanya, 'Adik suka, ya, tinggal di desa?' bocah kecil itu menjawab tanpa memand

ternyata kemarin memang gagal posting

Aduhhh sebel padahal kemarin aku nulis luamayan banyak. sekarang akhir jumat. jumatan nggak ya. harusnya jumatanlah. kerepotannya bisa diatur. Kemarin sore ibu, mbak Nik, Kak Sub, dan lina datang ke sini menjengukku. Karna kosku kecil dan kantor juga tidak begitu layak sebagai tempat istirahat maka kusarankan mereka nginap di talenta. Kukirim sms ke mbak Lin, maka nelponlah dia. Arif juga datang. semalam tidur berlima di talenta. Mereka pada usuah tidur. yah biasa belum terbiaa dan tetunya tidak senyaman rumah sendiri. Perbincangan tidak bisa lepas dari gosip dan bagaimana renacana ke depanku. Kukatakan aku berniat akan hidup di desa. Apapun yang terjadi. Di rumah tidak ada surat untukku. Kukira akan ada surat dari kompas atau koran lain, ya surat atau pengembalian naskah-naskah yang pernah kukirim. Tidak ada. yang ada hanya kartu lebaran dari indah. Katanya ada kalimat 'aku pernah mencintaimu' di kartu lebaran itu. Ah indah. tentu saja kujawab tidak ketika ibu be

dua ribu lima

Ini hari ke duapuluh tiga. setelah sekian hari tidak menulis di sini. sekarang kembali lagi. Ini sudah dua ribu lima tapi aku masih di jogja. Padahal dulu aku ingin ganti tahun, ganti tempat. Tapi tiba-tiba ada tawaran untuk ikut bikin film. Wah aku mau saja karena menurut perkiraanku itu hanya mengundurkan kepulanganku dua minggu saja. Lagian aku memang sedang ingin belajar bagaimana membuat film. Dan ternyata kenyataan berkata lain. Kepulangannku ke Tedunan mundur jauh sekali. setidaknya dua bulan lebih. Aku harus menunggu gip yang membungkus kaki siap dilepas dan aku tidak perlu lagi kontrol ke Panti Rapih. Dulu pernah tersebar berita bahwa aku harus pulang karena akan segera menikah. Itu bermula dengan pertanyaan beberapa teman yang kujawab dengan sebuah cerita. Cerita yang kuharap bisa terlaksana. lebih tepatnya sebuah angan-angan. sampai sekarang angan-angan itu belum terlaksana. Dulu aku pernah menghindar dari tugas atau pekerjaan yang diatwarkan padaku dengan alasa