Tarawih-tarawih: Pilih Masjid Mana?
Soal tarawih, seperti saya tulis sebelumnya, juga butuh kesiapan mental tersendiri. Bagi orang iman tipis seperti saya, melaksanakan tarawih mulai pukul sebelas malam bukanlah ringan. Masalahnya tidak ada pilihan seperti di Indonesia yang shalat tarawihnya dapat selesai dalam empat puluh menit. Di Birmingham sini, jika hendak pergi tarawih, perlu menimbang-nimbang ke masjid mana. Saya masih prinsip memilih yang paling ringan.
Masjid terdekat rumah, misalnya, kata seorang saudara jamaah, bermazhab Syafii, melaksanakan tarawih 21 rakaat. Saya hanya semalam saja tarawih di masjid ini. Pertama, soal jumlah rakaat sebenarnya bukan persoalan. Masalahnya, dalam membaca bacaan shalat, sang imam melakukan dengan kecepatan tinggi, meskipun tidak secepat imam di langgar desa saya di Jombang sana. Sudah begitu, targetnya menyelesaikan dua juz. Saya hitung masih di rakaat sebelas, tapi bacaannya sudah, "sayaquuluss sufaha..." yang merupakan awal juz dua.
Pikir saya, kenapa tidak ditimbang jalan tengah. Misalnya, satu juz saja yang penting bacaannya pelan-pelan sehingga makmum lebih tuma'ninah.
Kira-kira seratus meter dari masjid pertama ini, berdiri lebih megah Masjid Jamee Birmingham. yang lebih dikenal dengan nama Masjid Saddam Hussein, karena pendiriannya atas funding dari sang presiden Irak kala itu. Tarawih di masjid ini hampir sama dengan masjid sebelumnya, 21/23 rakaat (saya tidak menghitungnya lagi). Masalahnya, sang imam juga membaca cepat meskipun tidak secepat yang di masjid pertama. Dengan target dua juz, praktis tarawih selesai lebih lama daripada masjid pertama.
Pilihan berikutnya adalah masjid As-Sunnah Annabawiyah yang jauhnya dua kali lipat masjid sebelumnya. Alhamdulillah di masjid ini tarawihnya 11 rakaat. Sang Imam dengan suara merdunya melantunkan satu juz untuk 8 rakaat tarawih. Selebihnya witir membaca surat-surat pendek dan ditutup dengan surat favorit Al Ikhlas. Lebih asyik lagi, di masjid ini disediakan air mineral botolan untuk asupan pengusir ngantuk di sela-sela ganti salam dan takbir.
Dan selalu saja ada masalahnya menurut subyektif iman tipis saya, tarawihnya dimulai lebih lambat. Di dua masjid sebelumnya, begitu masuk waktu Isya', adzan dikumandangkan dan setelah jedah beberapa menit Isya' dimulai. Di masjid As Sunnah, adzan baru berkumandang pukul 11.05, maka praktis tarawih dapat dimulai setengah dua belas.
Secara keseluruhan, tarawih rampung hampir berbarengan kurang lebih pukul satu malam. Sungguh ini adalah tantangan bagi saya yang pagi-pagi harus sampai di tempat kerja pukul tujuh. Saya jadinya memaklumi diri sendiri dalam seminggu ini beberapa kali hampir telat di tempat kerja.
Birmingham, 25.06.15
Al Faqir Ibnu Sabil
Komentar