Siapa sih yang tidak suka anaknya menjadi juara? Tentu orangtua suka jika anaknya memiliki prestasi. Sayang sekali tidak setiap anak bisa menjadi juara, bahkan tidak setiap saat anak yang juara, bisa mempertahankan prestasinya. Akan tetapi, kiranya yang tak kalah penting diperhatikan adalah perasaan anak saat dirinya tidak menjadi juara.
Saat sahur tadi anak ragil saya menceritakan dua orang temannya yang dimarahi orangtuanya karena kurang berprestasi.Yang satu diminta ikut remidi satu mata pelajaran karena nilainya " hanya" 9,1. Teman yang lainnya dimarahi karena tidak menjadi juara saat ikut lomba CCA antar kelas di sekolahnya dalam rangka kegiatan Ramadhan. Kakak si ragil juga bercerita tentang orangtua temannya yang meminta pihak sekolah mengulang test IQ karena beranggapan hasil test IQ tersebut tidak valid.
Mana yang lebih penting buat anak kita, menjadi juara sehingga orangtua merasa bangga atau anak merasa bahagia karena usahanya dihargai orangtua? Mungkin ada yang berkata bahwa anak yang berprestasi tahu skala prioritas untuk dirinya. Betul. Tapi menghargai perasaan anak lebih penting dari prestasi apapun.
Pernah , saking kesalnya saya dengan kurikulum sekolah yang mencantumkan nilai tinggi untuk KKM siswa, di hadapan anak- anak , saya menunjukkan ijazah saya dari SD hingga SMA. Saya ingin menjukkan betapa nilai saya sangat komplit, sehingga mereka tidak perlu khawatir saya akan marah hanya karena mereka suatu ketika nilainya jatuh. Tetapi saya menekankan agar mereka, apa boleh buat karena tuntutan kurikulum, berusaha maksimal untuk bisa mencapai KKM.
Setiap zaman punya tuntutan yang berbeda. Dulu masa saya kecil, tidak ada tuntutan KKM, kendaraan bagus, gadget bagus, makan di rumah makan produk luar negeri, bahkan baju bagus. Semua serba sederhana, mengalir seperti air, berhembus ke segala arah seperti angin, bebas bereksplorasi dan bermain ke manapun. Menikmati masa kecil yang liar dan alami yang mendatangkan banyak kebahagiaan. Sejatinya masa anak kita sekarang tumbuh, mungkin menjadi beban berat untuk anak- anak kita. Tidakkah kita tertarik untuk menjadi tempat rehat yang nyaman untuk mereka?
Kiriman mbah Ratih
Komentar