Ramadhan ke-7
PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM
Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.”
⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut.
⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tanpa persiapan itu semua, kita mudah jatuh dan tenggelam. Jika Allah memberinya kesempatan hidup, maka ia bisa bertaubat dan memperbaiki dirinya. Namun, jika Allah memutuskan akhir hidup, maka penyesalan yang akan didapatkannya.
☔️☔️Kedua, perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Selain dalam, samudra itu luas sehingga kita perlu waktu yang lama untuk mengarunginya. Karena perlu waktu yang lama, kita perlu mempersiapkan fisik yang kuat. Sakit dan lemah di tengah samudra tentu tidak pernah kita harapkan. Kita juga perlu motivasi dan semangat yang kuat, serta melengkapinya dengan kesabaran yang akan membuatnya tetap bertahan di tengah samudra. Tanpa bekal itu semua, kita bisa berhenti dan terapung-apung di tengah samudra yang semakin menjauhkannya dari tujuan perjalanan.
☔️☔️Dalam hidup, bekal terbaik manusia adalah taqwa sebagaimana firman-Nya, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (Q.S. al-Baqarah 197).
Ketiga, ikhlaskan amalmu karena pengintaimu sangat jeli. Seorang pengintai tidak pernah melewatkan sedetik pun kesempatan untuk menemukan kelemahan musuhnya.
Jika pengintai ini adalah setan yang sewaktu-waktu bisa melencengkan jalan kita, maka nasihat terbaik adalah mengikhlaskan amal. Mengikhlaskan amal berarti menjaga diri agar Allah menjadi satu-satunya motivasi hidup kita. Kita bekerja keras mencari nafkah karena Allah. Kita berbuat baik dengan sesama karena Allah. Bahkan, kita tersenyum juga karena Allah.
Semakin kita memahami ikhlas ini, maka semakin kita memahami mengapa kita melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Wallahu alam bish shawab.
24.06.2015
Kusmarwanti Noe
Komentar