Ramadhan ke-4
LELAKI TUA YANG MENEMBUS HUJAN
Hujan turun sangat lebat. Saking lebatnya, dari motor saya kesulitan melihat ke depan sehingga lebih banyak mengandalkan lampu-lampu motor yang menyala sebagai penunjuk jalan.
Di tikungan jalan saya memelankan motor. Seorang lelaki tua yang berjalan pelan, berpayung hitam, menyeberang jalan, mengenakan baju koko, dan membawa sajadah. Beliau baru pulang dari salat dhuhur jamaah di masjid. Batin saya, hebat benar lelaki tua ini. Kalaupun beliau salat di rumah karena kondisi hujan deras begini, saya pikir Allah tak akan marah.
Sejak kejadian itu, setiap waktu salat saya memperhatikan orang-orang yang berjalan di sekitar tikungan itu. Dan hampir selalu melihat lelaki tua itu berjalan dengan berbaju koko dan membawa sajadah.
Saya sering mengandaikan lelaki tua itu sebagai lelaki surga yang berjalan sambil menampar-nampar sisi spiritual saya. Tak ada alasan membuat legimitasi untuk tidak melakukan sebuah amal shalih. Tak ada alasan untuk tidak mengerahkan seluruh energi untuk mendekat pada Allah. Tidak ada alasan untuk menunda memperbanyak bekal ke akhirat. Tidak ada alasan untuk tidak beramal hanya karena orang-orang tidak melakukan amal tersebut.
Beberapa saat kemudian, pada hari Jumat dalam gerimis hujan saya melihat bendera putih di depan tikungan itu. Dari orang-orang sekitar, saya mendapat informasi bahwa lelaki tua itu telah pergi. Gerimis mengantarnya menghadap Allah dengan syahdu.
Terima kasih buat nasihat yang tak pernah terucap selama ini. Semoga Allah lapangkan tempat yang indah di sisi-Nya untukmu. Amin …..
21.06.2015
Kusmarwanti Noe
Komentar