Langsung ke konten utama

Iming-iming dari Allah

# Ramadhan ke-11

ALLAH MENGIMING-IMINGI SAYA SEBUAH KEMATIAN

"Allah saat ini mengiming-imingi saya kematian. Saya bersyukur Allah masih memberi waktu buat saya untuk menghadapi sakit kanker ini. Sekarang apa yang bisa saya bagi pada orang lain, akan saya berikan."

Begitu kata Ria Irawan di tayangan Satu Jam Lebih Dekat (7/3/2015) di sebuah stasiun televisi. Beliau didiagnosis kanker kelenjar getah bening stadium 3.

Kematian tak pernah berkabar. Tapi Allah selalu mengabarkan tanda kematian, lewat sakit dan lemahnya badan, lewat rambut yang memutih, kewat keriput di wajah, lewat gigi yang mulai tanggal satu persatu, juga lewat tulang yang mulai menua.

Masalah tanda-tanda kematian adalah masalah sensitivitas. Ada yang merasa dekat, ada juga yang merasa jauh. Ada yang merasa harus segera disiapkan, ada juga yang merasa bisa ditunda persiapannya. Ada yang merasa siap, ada juga yang merasa tidak siap. Ada yang merasa takut, ada juga yang merasa santai menghadapinya.

Kekayaan rasa menghadapi kematian sesungguhnya sebanding dengan upaya mempersiapkannya. Apa pun rasa itu, kematian akan datang suatu saat menghampiri kita, tanpa bertanya kita siap menyambutnya atau tidak. Tidak berlebihan, Ali bin Abi Thalib memasukkan variabel selalu bersiap menghadapi kematian ini ketika mendefinisikan taqwa.

Allahummakhtim lana bihusnil khotimah wala takhtim 'alaina bissuu il khotimah... Ya Allah! Engkau akhirkanlah kami dengan kematian yang baik dan janganlah Engkau akhirkan kami dengan kematian yang buruk). Amin ya Rabbal'alamin.

28.05.2015
Kusmarwanti Noe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin