Tarawih-tarawih: Memupuk Iman Menempa Mental
Sungguh sangat berat menjaga istiqamah. Termasuk dalam soal tarawih. Ramadhan baru dua belas malam, tapi sudah berbilang empat atau lima malam terlepas begitu saja tanpa menginjak karpet masjid. Padahal sejak sebelum Ramadhan saya sudah berniat, jangan melewatkan setiap kesempatan mereguk kedekatan dengan Sang Pemilik petala langit dan bumi dengan qiyamul lail. Tapi susahnya...!!
Maka saya pantas bercemburu kepada mereka yang terjaga konsistensinya. Mereka yang setiap menjelang Isya' sudah mengisi shaf-shaf terdepan di masjid-masjid. Mereka yang jauh sebelum adzan Isya' dikumandangkan langkah kakinya sudah meninggalkan pintu rumahnya menuju masjid.
Bagaimana kaki-kaki itu begitu tegar menyangga badan mendengar lantunan Al Quran sepanjang satu atau dua juz setiap malam. Satu sampai dua jam. Kekuatan apa yang ada dalam diri mereka untuk beristiqamah semacam itu?
Maka, selain puasa di siang hari itu sendiri, qiyamul lail adalah bagian lain dari Ramadhan yang bisa menjadi sarana memupuk iman dan menempa mental.
Dulu, sewaktu masih SMA, saya biasa bersilaturahim ke asrama Pondok Pesantren Hidayatullah, di sekitar Jalan Kelud Jombang. Jika hendak berkunjung, saya kerap memilih-milih jam berapa saya bisa ke sana. Sebisa mungkin saya menghindari waktu-waktu shalat. Bukan apa-apa, saya hanya tidak ingin shalat berjamaah bersama mereka. Bukan pula karena urusan beda mazhab atau apa, tetapi saya tidak ingin mengikuti shalat mereka yang panjang-panjang. Membaca surat panjang, rukuk panjang, dan sujud pun panjang. Kapan selesainya ini shalat?
Tapi begitulah yang dilakukan oleh santri-santri pondok asuhan almarhum Ustad Abdullah Said ini. Dan rupanya penggemblengan dengan shalat menjadikan mereka santri-santri bermental tangguh. Dengan penempaan iman lewat shalat-shalat seperti itu, kini hampir tidak ada kota di Indonesia yang terlewat tanpa ada satu cabang pondok pesantren ini. Kekuatan jaringan mereka begitu kuat.
Saya jadi mulai paham, mengapa perkembangan dakwah Islam di tanah Britania ini begitu pesat. Salah satunya adalah lewat semaraknya masjid hingga dini hari dengan aktivitas ruhani. Dan tampak istiqamah. Inilah yang mampu menyuburkan iman dan menjadikan mental sekeras baja.
Birmingham, 29.06.15
Al Faqir Ibnu Sabil
Komentar