Dulu saya sempat agak sedih karena Mada tidak mau berangkat sekolah. Saat teman-teman sebayanya sekolah PAUD-TPQ, Mada belum tertarik sekolah dan tidak mau sekolah. Saya tidak berani memaksa Mada sekolah. Akan tetapi saya khawatir bila tidak sekolah, Mada akan kurang pergaulan, kurang bersosialisasi. Maka kami tetap mencoba merayu Mada agar mau sekolah. Ketika bulan Syawal datang, Mada kami daftarkan sebagai santri TPQ dan ketika tahun Pelajaran 2019/2020 dimulai, Mada kami daftarkan sebagai siswa RA Tahsinul Akhlaq.
"Yang penting terdaftar dulu dan ikut pesan seragam sekolah," pikirku saat itu. Saya berharap beberapa hari kemudian Mada bisa menikmati sekolah dan akhirnya tidak terpaksa.
Alhamdulillah sekarang Mada sudah sekolah RA walau tingkat kehadirannya masih rendah dan masih harus ditunggui sang ibu di dalam ruang kelas.
Alhamdulillah, walaupun yang sekolah TPQ akhirnya tidak bisa aktif.
Haruskah kami memaksanya sekolah?
Saya rasa tidak.
Komentar