Langsung ke konten utama

Belajar Menyunting Bersama Much. Khoiri


Berikut adalah cuplikan percakapan di grup WA Belajar Menulis gel.2


Malam ini, Kami malam Jum'at, 27 Februari 2020 anggota grup belajar bersama pak Much Khoiri.


====


[27/2 19.16] Wijaya Kusuma: Malam ini kita akan mendapat pencerahan dari pak @⁨Much Khoiri⁩

[27/2 19.17] Wijaya Kusuma: Kepada pak @⁨Much Khoiri⁩ Saya persilahkan

[27/2 19.17] Much Khoiri: Terima kasih, OmJay

[27/2 19.18] Much Khoiri: Assalamu ‘alaikum WW,

Selamat malam, Bapak-Ibu yang hebat

[27/2 19.18] Much Khoiri: Untuk yang belum kenal, mohon izin saya memperkenalkan diri, saya Much. Khoiri, penggerak literasi, dosen menulis kreatif, editor, dan penulis 43 buku dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Bagi yang sudah kenal, selamat berjumpa lagi di forum yang bahagia ini.

[27/2 19.19] Much Khoiri: Apakah sudah ada yang siap untuk belajar bersama?

[27/2 19.19] Wijaya Kusuma: Siap

[27/2 19.20] Much Khoiri: Bapak-Ibu yang hebat, Kali ini saya akan berbagi tentang konsep menyunting (editing), mengapa perlu menyunting, apa yang disunting, dan bagaimana melakukannya, baik untuk karya sendiri maupun karya orang lain.

[27/2 19.21] Much Khoiri: Dalam kesempatan ini, saya tidak hendak menggurui, hanya ingin berbagi. Kita bisa saling mengisi dan memberikan pengayaan. Jadi, jika materi saya kurang pas, mohon berkenan untuk memberikan masukan atau teguran.

[27/2 19.26] Much Khoiri: Baiklah, agar diskusi nanti terarah, berikut ini saya sampaikan sebuah artikel saya yang berjudul “Menyunting Tulisan”. Mohon baca secara cermat, untuk beberapa saat. Setelah membacanya, nanti Bapak-Ibu bisa memberikan respon, pertanyaan, atau masukan—dan saya akan menanggapinya. Jika saya tidak bisa menjawab, akan saya carikan jawabannya.

[27/2 19.28] Much Khoiri: Serial 'Teori' Menulis (30)


MENYUNTING TULISAN

Oleh MUCH. KHOIRI


JIKA kita sudah membuat draf pertama tulisan kita, tugas menulis kita belumlah selesai. Ada satu langkah penting lagi dalam proses menulis, yakni menyunting (editing) draf atau naskah tulisan kita. Nah, apa yang perlu kita lakukan dalam menyunting naskah?


Kita harus baca ulang draf kitamungkin tidak hanya cukup sekali, bisa dua atau tiga kali. Dalam hal ini kita harus berdiri sebagai pembaca, dan karena itu harus objektif memberikan penilaian. Intinya, proses membaca naskah sendiri ini untuk menemukan kekurangan atau kelebihan dari draf kitabaik menyangkut ide, pengorganisasian, maupun penggunaan bahasa. 


Secara umum kita bisa bisa menambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi, dan detail (rincian). Kita juga bisa mengurangi kalimat bertele-tele (mubasir), irelevansi, dan inkonsistensi. Bagaimana praktiknya? 


Terkait dengan penyuntingan ide, jika kekurangan keluasan dan kedalaman, kita harus menyisipkan atau menambahkan ide ke dalamnya. Misalnya, kita belum memasukkan contoh, kasus, kutipan, anekdot, dan sebagainya; karena itu, kita harus segera melunasi semua kekurangan itu.


Sementara itu, jika naskah kita kelebihan ide, misalnya terlalu rinci, atau terlalu banyak contoh kasus, kita harus segera menyeleksi mana yang paling relevan dengan topik bahasan. Selain itu, mungkin contoh-contoh yang kita ajukan tidak relevan; dan karena itulah, mereka harus diganti contoh yang baru dan relevan.


Pengorganisasian ide tidak kalah pentingnya. Kita cermati bagian-bagian tulisan, apakah sudah ada pembuka yang memikat, penjelasan atau uraian yang proporsial, dan penutup yang mengesankan atau mengejutkan? Mungkin ketiga bagian ini tak berlaku kaku untuk puisi. Namun, hakikatnya, sebagaimana siklus hidup, tulisan seharusnya mengandung ketiga bagian itu.


Selain itu, sudah runtutkah ide-ide yang kita tuangkan di dalam naskah kita? Apakah klasifikasi ide telah tercermin di dalam tulisan? Apakah sudah ada kepaduan dari keseluruhan ide? Apa lagi yang masih perlu ditambahkan atau dikurangi? Pertanyaan semacam ini perlu dikemukakan saat mencermati pengorganisasian tulisan.


Menyunting juga perlu membenahi penggunaan bahasa yang kita gunakan di dalam draf kita. Pertama hubungan subjek-predikat, kemudian pemilihan kata (diksi), dan penggunaan konteks yang tepat. Tentu saja, kita harus selalu berusaha untuk menggunakan kalimat-kalimat efektif, bukan hanya untuk melancarkan penyampaian maksud, melainkan juga untuk menunjukkan kecintaan kita berbahasa Indonesia.


Lebih lanjut, proses penyuntingan juga diarahkan untuk membenahi ejaan, tanda baca, dan mekanika (tata tulis) tulisan. Nama orang, instansi, organisasi, kota, dan sebagainya harus dimulai dengan huruf kapital. Ada aturan-aturan main yang harus ditaati bersama, agar tertib berbahasa bisa diwujudkan.


Singkatnya, revisi dan menyunting dimaksudkan untuk memoles, mengasah, melengkapi, menyempurnakan naskah, baik isi (content) maupun struktur pengembangan. Tak terlewatkan adalah membenahi mekanika (tata tulis), tata bahasa, diksi, ejaanhingga akurasi karya pun akan tampak meyakinkan.


Dengan demikian, menyunting itu  bukan pekerjaan mudah. Kita perlu membekali diri dengan pengetahuan kebahasaan intralinguistik dan ekstra linguistik, agar hasil suntingan kita memenuhi standar penyuntingan. Yang terpenting lagi, melakukan penyuntingan!


Setelah mencoret-coret, memotong, menambah, atau melengkapi draf kita, maka tibalah saatnya kita menyempurnakan draf itu. Penyempurnaan draf dilakukanbisa ditambah dengan membaca-ulangguna memperoleh draf final yang siap diserahkan atau dikirimkan kepada pembaca lain.


Dalam mengerjakan penyuntingan, sangat boleh jadi bahwa kita akan mendapati perbedaan-perbedaan antara draf awal dan draf finalentah isi maupun organisasi dan bahasanya. Jangan panik; itu wajar. Maksudnya, saat kita menyunting, kita bisa berpikir lebih baik dibanding saat menulis draf awaldan karena itu, kita berpeluang membenahinya.


Saya pernah membaca sebuah buku bagus berjudul In Transitions (1990) yang memuat draf-draf awal penulis hebat dunia. Draf-draf itu masih penuh coretan, koreksi, dan sisipanbaik bentuk (struktur generik) maupun isi (ide, gagasan). Ada proses penyuntingan di sana.  


Ketika saya bandingkan draf yang ada di dalam buku In Transitions dengan draf final di buku lain (buku referensi mengajar), terdapat perbedaan yang signifikan. Para penulis telah merevisi (menyunting) bentuk dan isi karya mereka. Artinya, para penulis kelas dunia pun juga menempuh pembelajaran untuk memperbaiki karya mereka.


Jadi, begitulah, bagi penulis, menyunting itu bagian tak terpisahkan dengan pembuatan draf (drafting). Jika ada penulis enggan melakukannya, itu semata akibat kepercayaan diri yang terlalu besar akan kelayakan karya yang telah dihasilkannya. Padahal, soal kualitas tulisan bukanlah kita sendiri yang menilainya, melainkan masyarakat pembaca.[]


_*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, trainer, editor, dan penulis 43 buku dari Unesa Surabaya. Artikel ini pendapat pribadi._


[27/2 19.34] Much Khoiri: Jadi, Mengapa perlu menyunting? Karena draf naskah tulisan memang belum dianggap selesai atau final, masing ada kemungkinan kekurangan sana-sini.

[27/2 19.34] Much Khoiri: Kita harus baca ulang draf kitamungkin tidak hanya cukup sekali, bisa dua atau tiga kali. Dalam hal ini kita harus berdiri sebagai pembaca, dan karena itu harus objektif memberikan penilaian.

[27/2 19.35] Much Khoiri: Apa saja yang perlu diedit atau disunting?  Secara umum kita bisa bisa menambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi, dan detail (rincian). Kita juga bisa mengurangi kalimat bertele-tele (mubasir), irelevansi, dan inkonsistensi.

[27/2 19.37] Much Khoiri: Dengan kalimat lain, penyuntingan berfokus pada tiga unsur, yakni bobot ide, pengorganisasian ide ke dalam tulisan, dan penggunaan bahasa.

[27/2 19.41] Much Khoiri: Terhadap artikel saya di atas, adakah pertanyaan atau tanggapan?

[27/2 19.41] Sri Sugiastuti: Alhamdulillah, bisa merefresh otak, karena tulisan ini sdh.saya simpan di file khusus.saatnya saya baca ulang dan memahaminya kembali

[27/2 19.41] Sri Sugiastuti: Pak, saya sering mendapati tulisan yg kurang proporsional, terlalu.bertele-tele. Tetapi saat saya edit  penulisnya berkeberatan

[27/2 19.46] Sri Sugiastuti: Menurut saya artikel Bapak sangat bermanfaat khususnya untuk di kirim ke media, atau penerbit.sebelum.sampai ke editor.

[27/2 19.47] Much Khoiri: Kalau sdh begini, perlu disepakati sjk awal. Apa saja yg boleh dan tidak boleh. Jika apa2 tdk boleh, ya editing dikembalikan ke beliau sendiri

[27/2 19.48] Much Khoiri: Hehehe... Inggih, Bu. Saya sdh punya stok bbrp tulisan di 3 media

[27/2 19.50] Much Khoiri: Materinya sdh tercurah di artikel tersebut, OmJay. Mhn Bapak Ibu berkenan scroll ke atas nggih...

[27/2 19.56] Much Khoiri: Mungkin ada yang bertanya, bagaimana kalau kita sebagai penulis pemula, yang tidak punya kemampuan memadai untuk melakukan editing? Ke depan, penulis juga harus belajar menjadi editor, seiring perjalanan waktu. Tapi untuk smentara, silakan mencari editor (profesional), setidaknya teman bahasa yang tahu banyak ttg kompetensi editor. Minta tolong beliau untuk melakukan editing, kemudian minta beliau untuk menunjukkan perbedaan antara teks asli dan teks editan. Dari situlah kita belajar, sedikit demi sedikit.

[27/2 19.58] Sri Sugiastuti: Saya mengamati gaya tulisan Bapak itu gempal padat berisi dan juga kriuk,pokonya "Ngangeni" pasti persiapan sebelum menulisnya juga spesial. Bisa minta resepnya?

[27/2 19.59] +62 812-8789-7779: Ijin bertanya pak berapa persen dari draf tulisan yang dikirim penulis di sunting oleh editor 🙏

[27/2 20.00] Much Khoiri: Resepnya: menguasai materi yg hendak ditulis, B Hajjah. Inj syarat mutlak. Ttg bagaimana-nya, itu masalah teknis. Dan teknis itu bisa kita latih berulang kali. Makin banyak latihan, tulisan kita akan makin lancar dan kriuk

[27/2 20.03] Much Khoiri: Beegantung "seberapa baik" naskah yg ada, Bu Tuti. Yg jelas, konten jadi hak penuh penulis; kita membantu memuluskan komunikasi konten ke pembaca. Karena itu, editor lbh banyak konsen pada pengorganisasian ide dan penggunaan bahasa.

[27/2 20.05] Much Khoiri: Januari 2020 kemarin saya mengedit sebuah naskah yg masyaallah rumitnya. Menghabiskan Bodrex segenggam. Mengapa? Rata2 satu paragraf hanya satu kalimat. Terpaksa sy mengolahnya menjadi bbrp kalimat, agar enak diikuti.

[27/2 20.09] Much Khoiri: Sama2 , Bu Tuti. 


O ya, siang tadi saya menemukan buku B Tuti ketika menata buku2 di rak2 buku saya. Kebetulan sy mencari buku2 yg pernah saya editori, juga sy beri Kata Pengantar

[27/2 20.11] Much Khoiri: Intinya, kita tidak berhak mengubah maksud atau konten. Jika kita ragu2 ttg konten, ada baiknya kita tanyakan ke penulis.

[27/2 20.11] +62 812-8789-7779: Alhamdulilah sudah mau jadi editor buku saya   masih perlu banyak belajar ya pak 🙏🙏 semoga dengan mengikuti belajar menulis bersama omjay ini ilmu tambah banyak dan tambah saudara juga

[27/2 20.14] Much Khoiri: Asalkan saya tahu ilmunya, insyallah oke. Kalau sy tdk tahu ilmunya, bisa sy berikan ke tim saya.


[27/2 20.25] Much Khoiri: Benar, kerap kali saya menemukan naskah yg bikin kepala cenut-cenut akibat bahasa yg menggemaskan. Logika juga kurang tertata. Jadi, sy ya membantu menatakan. Lalu, hasilnya saya kirimkan ke ybs utk dicek dan dibandingkan dg naskah aslinya. Di situ sy mhn ybs belajar.

[27/2 20.29] Much Khoiri: Meski cenut2, mengedit itu juga asyik. Bisa senyum2 rada gemes, melihat kalimat yg "nyentrik".

[27/2 20.32] +62 858-6802-5710: gimana mengedit yang aduha

[27/2 20.32] +62 858-6802-5710: aduhai

[27/2 20.33] Much Khoiri: Nah, ini apa maksud "aduhai"? Baguskah?

[27/2 20.34] +62 858-6802-5710: Iya betul

[27/2 20.38] Much Khoiri: Saya baca dulu seluruh teks utk memahami konten secara umum. Ini review konten. Stelah itu, menandai mana yg perlu ditata dan direvisi. Kemudian, dilakukan editing mulai awal hingga akhir. Setelah itu, perlu proofreading (ngecek tata tulis, mungkin terlewatkan; juga tanda baca, ejaan, dsb.)

[27/2 20.41] Much Khoiri: Kalau sdh terbiasa, semua review bs lbh cepat. Terlebih jika paham ilmu dari konten dlm buku tsb

[27/2 20.47] +62 856-4746-9307: Pak mau tanya kalau khusus untuk puisi itu sebenarnya kalau menyunting agar puisi dinilai bagus itu bagaimana pak apakah harus bahasanya yg kiasannya bagus atau bagaimana tips menghasilkan puisi yg menarik dan bagus🙏

[27/2 20.48] Much Khoiri: Editor juga boleh "kaya" b hajjah. Bisa kopdar, bisa pergi ke mana2

[27/2 20.51] Much Khoiri: Kita mengedit naskah ya sesuai dg kaidah genre tulisan yg ada. Bikin esei, ada kaidah bikin esei. Bikin cerpen, ada kaidah bikin ceepen. Begitu pula puisi.


Kalau mengedit puisi, ya kita hrs tahu kaidah bikin puisi yg baik, bahwa perlu ada rima, ritma, majas, simbol, dsb. Kita bantu agar puisi yg kita edit ya memenuhi kaidah puisi. Jika amburadul, ya penulisnya diajak ngopi.


[27/2 21.07] Much Khoiri: Baik, terima kasih, Ibu-Ibu.


Sebagai penulis, setidaknya kita memahami bgm menulis kalimat sederhana. Mhn cek setelah selwsai menulis, apakah kalimat2 yg ada sdh ada subjek-predikatnya. Ini tantangan.


Tapi jika blm bisa melakukan sendiri, ya ada baiknya minta tolong editor, dan minta utk menunjukkan perbedaan antara teks asli dan teks editan.

[27/2 21.09] Much Khoiri: Cari editor yg mau memberi masukan ke tulisan, dan menunjukkan kelemahan dan kelebihan tulisan. Dari situ Ibu akan belajar bgm mengedit tuliaan

[27/2 21.11] Much Khoiri: Ada dua lapis dalam tim saya, bergantung pd "parah" tidaknya naskah. Jika tidak parah, ya cukup satu lapis. Jika parah, dua lapis perlu dijalankan. Lapis kasar itu yg mengedit mulai konten, pengorganisasian, dan bahasa secara umum. Lapis halusnya yg akan memfinalkannya.


[27/2 21.13] Much Khoiri: Bu, syarat editor itu sebenarnya tingkat kemahiran tertentu jika dites denga UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia), demikian pun jadi editor Bahasa Inggris atau yg lain. 


Kebetulan saya menekuni dua bahasa itu, jadi saya bisa mengedit naskah bhs indonesia dan bhs Inggris.

[27/2 21.14] Much Khoiri: Jika editing menganggu proses menulis, utk sementara ya jgn pikirkan editing. Fokus ke menulis. Nanti editing serahkan ke ahlinya

[27/2 21.17] Much Khoiri: Bagaimana? apakah masih ada yg  ingin bertanya?

[27/2 21.19] Much Khoiri: Kalau sudah tidak ada, waktu kita sudah cukup  nggih.


[27/2 21.20] Much Khoiri: Mohon izin saya review sekilas

[27/2 21.20] Much Khoiri: Menyunting atau editing perlu dilakukan terhadap naskah atau tulisan, sebelum disajikan ke pembaca. Menyunting tentu bisa dilakukan pada naskah sendiri maupun naskah orang lain. Karena itu, penulis yang baik ya perlu berlatih menjadi editor, untuk karya sendiri dan (jika perlu) untuk karya orang lain.

[27/2 21.21] Much Khoiri: Saat menyunting, kita fokus pada konten, pengorganisasian, dan penggunaan bahasa. Namun, konten tidak boleh banyak diubah. Editor lebih berhak membantu pengorganisasian ide dan penggunaan bahasa. Tentu, editor harus tahu benar substansi konten dan struktur tulisan yang seharusnya. Tentu saja, kemampuan ini semuanya bisa dilatih, baik dengan bimbingan mentor maupun dengan otodidak.

[27/2 21.21] Much Khoiri: Yang jelas, editing lah yang membuat tulisan siap disajikan ke pembaca. Jika editing berhasil, pesan penulis lebih mudah sampai ke pembaca. Semoga kita enteng hati untuk belajar menjadi editor, sekurangnya untuk naskah diri sendiri.

[27/2 21.22] Much Khoiri: Akhirnya, saya berharap, apa yang kita bahas pada malam ini bermanfaat sebanyak-banyaknya. Aamiin.

Komentar

Dewi Rokhimah Guru Blog mengatakan…
mksh telah di beri bahan u resume
Wijaya kusumah mengatakan…
Sip
Ninghhani mengatakan…
Terima kasih,tinggal diolah ini datanya

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin