Langsung ke konten utama

Upaya Memahami Islam Nusantara


Upaya Memahami Islam Nusantara
(Ahad, 12/07/2015 07:01)

Oleh Moh Faiz Maulana
“Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab. Bukan untuk aku jadi ana, sampeyan jadi antum, sedulur jadi akhi. Kita pertahankan milik kita, kita harus filtrasi budayanya, tapi bukan ajarannya...” (Gus Dur)

Mengenai apa yang disebut Islam Nusantara, dan ketakutan oleh sebagian kelompok masyarakat terhadap pemaknaan Islam Nusantara ini, penulis pikir sangat berlebihan. Kekhawatiran yang memunculkan pemikiran dan berujung pada sekularisasi, pendistorsian, pendangkalan makna Islam, bahkan ada yang menganggap ide Islam Nusantara ditunggangi oleh liberalisme, kapitalisme, maupun radikalisme. Anggapan yang tidak berdasar.

Pandangan peyoratif Islam Nusantra ini perlu dijelaskan. Pertama ingin penulis sampaikan bahwa jauh sebelum mencuatnya ide Islam Nusantara, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah lebih dahulu muncul dengan konsep keislaman yang “membudaya” atau kita kenal dengan konsep Pribumisasi Islam. Islam bersifat shalihun li kulli zaman wa makan. Artinya kira-kira adalah “relevan untuk segala zaman dan tempat”. Keislaman yang mengakomodasi dan dapat diserap budaya lokal.

Kedua, bahwa Islam memang secara de facto turun di tanah Arab, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bukan “Arabnya” yang terpenting melainkan nilai keislamannya yang perlu dikaji lebih mendalam –seperti  apa yang tertulis pada ungkapan di atas. Islam datang bukan untuk mengganti budaya kita dengan budaya Arab, namun tak lantas juga kita menyerukan sikap anti budaya Arab. penulis hanya ingin mengatakan, budaya Arab itu ya budaya, sama seperti budaya-budaya lain di dunia. Tak identik dengan Islam. Artinya, anda tak lantas lebih Islami hanya karena telah berjubah, bersorban, berjenggot atau pakai antum, akhi, milad, atau ahad dalam keseharian. Islam Nusantara hadir sebagai kritik terhadap tradisi Arab yang pada satu sisi terlanjur disalahpahami sebagai pokok nilai keislaman.

Ketiga, munculnya ide Islam Nusantara sendiri bertitik tolak dari kurangnya pengetahuan dan pemahaman sejarah berkembangnya Islam di Nusantara sebagian masyarakat. Hingga mengakibatkan munculnya gerakan Islam radikal di Nusantara ini. Islam mampu berkembang dan tersebar luas di tanah Nusantara tentu tidak dengan pedang, parang, amarah dan marah-marah, bukan? Islam mampu bertahan sampai detik ini di Nusantara justru karena adanya sinergi positif antara budaya dan agama, bukan malah menyalahkan dan mendustakan budaya sebagai biang keladi kekufuran dan kekafiran.

Ini sama seperti apa yang dikatakan Kuntowijoyo, bahwa memang sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi. Tetapi tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.

Interaksi antara agama dan kebudayaan, masih menurut Kuntowijoyo dapat terjadi dengan, pertama, agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Contohnya adalah bagaimana shalat mempengaruhi bangunan. Kedua, agama dapat mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan dan hajar. Lalu ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.

Baik agama dan budaya, keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol yang saling keterkaitan. Di Indonesia agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberikan kekayaan terhadap agama. Jadi tak bisa disamaratakan keislaman yang ada di Indonesia dengan keislaman yang ada di Arab, misalnya. Sebab Islam di Arab telah melebur dengan budaya Arab, dan budaya Arab dengan budaya Indonesia tentu sangat berbeda –sebagaimana Gus Dur menegaskan wajah "Islam Indonesia" untuk muslim Indonesia, Tariq Ramadan menekankan "Islam Eropa" untuk muslim Eropa- Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan dan menyalahkan, melainkan berwujud dalam pola yang sejajar dengan nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.

Maka Islam Nusantara ini hadir adalah sebagai bentuk penanaman nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan jati diri bangsa. Konsep yang membebaskan puritanisme, otentifikasi, dan segala bentuk pemurnian Islam sekaligus juga menjaga kearifan lokal tanpa menghilangkan identitas normatif Islam. Islam nusantara adalah cara berislam yang mempertimbangkan perbedaan lokalitas ketimbang ideologi kultural yang memusat, yang hanya mengakui ajaran agama tanpa interpretasi. Sehingga dapat tersebar di berbagai wilayah tanpa merusak kultur lokal masyarakat setempat. Dengan demikian, tidak akan ada lagi praktik-praktik radikalisme yang ditopang oleh paham-paham keagamaan ekstrem, yang selama ini menjadi ancaman bagi terciptanya perdamaian.

Dalam pengertian, Islam menjadi ajaran yang dapat menjawab problem-problem kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnik. Maka Islam menjadi tidak kaku dan rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat yang selalu berubah. Dan itu artinya penegasan tentang Islam Indonesia untuk kaum muslim Indonesia, bukan Islam Arab. Hanya dengan cara itulah justru terbukti Islam itu shalih li kulli zaman wa makan, relevan untuk setiap masa dan tempat.

Moh. Faiz Maulana, Mahasiswa Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta. 

Sumber: nu online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Digital untuk Siswa dan Guru

Buku mata pelajaran umum tingkat MTs Buku kelas VII Buku siswa IPS Kelas VII MTK Kelas VII Semester 1 MTK Kelas VII Semester 2 PJK (Pendidikan Jasmani, olahraga dan Kesehatan) Kelas VII PKn Seni Budaya Prakarya sem 1 Prakarya sem 2 Buku Mata pelajaran umum tingkat MTs Buku pelajaran PAI untuk tingkat MTs MAPEL UMUM Kelas 8\Buku Siswa\Kelas VIII Matematika BS Sem 1.pdf https://drive.google.com/uc?id=0BxAzzxcrYq9zanloOE1uUGRjVUk&export=download Kelas 8\Buku Siswa\Kelas VIII Bahasa Inggris BS.pdf https://drive.google.com/uc?id=0BxAzzxcrYq9zTmltd2JtVFMwVDQ&export=download Kelas 8\Buku Siswa\Kelas VIII Seni Budaya BS.pdf https://drive.google.com/uc?id=0BxAzzxcrYq9zdWtEMWF0SndRdU0&export=download Kelas 8\Buku Siswa\Kelas VIII Prakarya BS Sem 2.pdf https://drive.google.com/uc?id=0BxAzzxcrYq9zRE9pQUlnWmt4QTA&export=download Kelas 8\Buku Siswa\Kelas VIII Prakarya BS Sem 1.pdf https://drive.google.com/uc?id=0BxAzzxcrYq9zMlFxNGgyLTkxdGc&export=download Kelas 8\Buku Siswa...

Mengunduh Daftar Nilai Hasil UBK dengan Moodle

  Salah satu kelebihan moodle sebagai LMS adalah membebaskan guru atau panitia tes/ujian dari tugas atau beban mengoreksi dan menilai lembar jawaban tes. CBT atau UBK dengan Moodle, tugas koreksi dan menilai sudah ditangani oleh sistem Moodle secara otomatis. Kita dapat menguduh daftar nilai peserta tes, bahkan beserta catatan respon/jawaban setiap peserta untuk masing-masing butir soal. Setelah tes/ujian/UBK selesai, kita dapat mengunduh daftar nilai pada bagian Grades. Mengunduh Daftar Nilai Moodle Langkah-langkah mengunduh daftar nilai beberapa pelajaran/ujian/course dengan format topik adalah sebagai berikut; Login sebagai admin atau teacher klik nama tes/ujian/kursus/course pada Dropdown Menu klik Klik Grades > Export   Pilih jenis file yang diinginkan; OpenDocument spreadsheet, Plain text file, Excel spreadsheet atau XML file. Saya biasanya memilih OpenDocument spreadsheet yang dapat dibuka dan diolah dengan aplikasi pengolah kata open source...

CBT tanpa Lab Komputer dan Internet

Bulan Maret 2022 merupakan bulan pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun dan Ujian bagi murid kelas akhir seperti kelas IX MTs sederajat, Penilaian Harian Bersama Tengah Semester bagi murid kelas VII dan VIII. Sejak pandemi Covid-19 ramai dibicarakan, mulai ramai juga pembicaraan tentang pembelajaran dan penilaian online. Pembelajaran  dan penilaian online biasanya membutuhkan aplikasi LMS, Server dan Internet. Alhamdulillah ada banyak aplikasi LMS dan sejenisnya yang dapat digunakan secara gratis (lisensi tidak diperdagangkan) seperti Moodle yang merupakan LMS open source. Adapun server virtual juga ada yang dapat digunakan gratis seperti moodlecloud.com dan gnomio.com. Seperti biasa, MTs NU ITB Tedunan Wedung Demak, tahun 2022 berencana melaksanakan PAT, UM dan PHBTS menggunakan Moodle. Sebelumnya, kami melaksanakan CBT offline dengan memanfaatkan server yang dulu kami beli untuk UNBK. Akan tetapi sejak kedua PC server kami rusak sekitar 2 tahun yang lalu, kami beralih melaksanakan CBT...