Uniknya Tarawih di Masjid Ba'Alawy Kota Tarim
(Ahad, 12/07/2015 12:01)
Alhamdulillah pada kesempatan Ramadhan kali ini saya bisa menjalani ibadah puasa di Kota Tarim untuk pertama kalinya, yang pada tahun-tahun sebelumnya saya lalui di Indonesia. Nah, ada hal yang sangat menarik perihal pelaksanaan shalat Tarawih di Kota Tarim. Kota yang memiliki 367 masjid ini mempunyai jadwal shalat Tarawih yang berbeda-beda satu sama lain.
Ambil saja contoh Masjid Jamal Al-Lail, Masjid Sahl, dan Masjid Al-Birr, yang konsisten menggelar shalat Tarawih pukul 21.00 sampai 22.00 waktu setempat; Masjid Ba'alawy dimulai pukul 23.00; disusul Masjid Al-Muhdhar pada pukul 00.30. Sedangkan Masjid Jami' Tarim, yang merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat, baru memulainya pada pukul 01.30 dan berakhir pukul 02.30.
Jadi, dalam semalam seseorang bisa melakukan shalat Tarawih sampai 100 rakaat kalau ia mau dan mampu, karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah membatasi jumlah bilangan rakaat Tarawih. Hanya saja sejak masa Khalifah Umar Bin Khattab sampai pada masa para Imam Madzhab, Tarawih dengan berjama'ah di Masjid dilakukan dengan bilangan 20 rakaat dan ini yang berlangsung pula di Masjidil Haram dari masa Sahabat sampai sekarang, sedangkan di Madinah dilakukan sebanyak 36 atau 46 rakaat ditambah 3 rakaat Witir dan inilah Madhazbnya Imam Malik. Sedangkan Habib Umar Hafiz sendiri mengambil 3 jadwal shalat Tarawih atau 60 rakaat. Dan kami, Mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah Imam Shafie College, hanya mengambil jadwal Tarawih di Masjid Ba'Alawy saja.
Nah, lebih uniknya lagi shalat Tarawih yang dilaksanakan di Masjid Ba'Alawy ini tidak ada perubahan sejak awal Masjid ini didirikan yaitu pada abad ke 6 Hijriyah. Di mana pada masa itu tokoh pemukanya adalah Faqih Al-Muqoddam Al-Habib Muhammad Bin Ali Ba'Alawy yang tak lain beliau adalah tokoh panutan dalam Thariqah 'Alawiyah.
Waktu pelaksanaan shalat Tarawih dimulai dari pukul 23.00 dan berakhir pukul 00.15 waktu setempat. Pelaksanaannya diawali dengan shalat Isya', disambung dengan baca wirid setelah shalat, shalat Ba'diyah, baru setelah itu shalat Tarawih 20 rakaat disertai shalat Witir 3 rakaat.
Uniknya lagi, nada dalam bacaan Al-Qur'an dan pemilihan suratnya juga tidak berubah sejak awal masjid ini didirikan, yaitu untuk shalat Tarawih membaca Surat Adh-Dhuha sampai Surat An-Nas, sedangkan shalat Witir di rakaat pertama Surat Al-A'la, rakaat kedua Surat Al-Kafirun dan satu rakaat akhir yang terpisah dengan membaca tiga surat sekaligus yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Hal ini tak lain pula karena imamnya adalah turun-temurun dari anak-cucu Faqih Al-Muqoddam.
Kemudian, hal unik lainnya adalah pembacaan qashidah yang menggunakan tiga kitab panduan qashidah setelah shalat Witirnya, yaitu Al-Watariyah, Al-Fazzaziyah, dan Al-Qawafi. Setiap malam satu qasidah dari setiap kitab dibaca 3 orang, dan Pembacaan Qashidah ini juga sudah berlangsung sejak berabad-abad silam.
Di sela-sela Jama'ah yang terhanyut dalam lantunan merdu suara pembaca qashidah tersebut, berjejerlah para pelayan masjid membagikan air dingin ke tiap Jama'ah. Selesai membagikan air dingin, para pelayan masjid membagikah gahwah yaitu kopi khas Yaman dan terkadang ada pula sajian teh jahe dalam keadaan panas yang dituangkan dalam cawan kecil seperti cawan yang biasa kita jumpai saat berkunjung ke orang yang baru datang Haji yang memberi tuangan air zam-zam.
Kemudian, setelah qashidah selesai dilantunkan barulah buku panduan doa Ramadhan dibagikan dan dibaca secara serentak. Setelah selesai membaca doa barulah jama'ah bubar, entah ke rumah atau melanjutkan Tarawih lagi di Masjid Lainnya.
Imam Abdullah El-Rashied, Mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah di Imam Shafie College, Hadramaut - Yaman.
Komentar