Langsung ke konten utama

Ramadhan di Negeri Orang (12)

Merasakan Makna Pengendalian Diri

Dalam dua hari atau bisa sampai seminggu ini, puasa di musim panas, bisa benar-benar terasa berat (membantah tulisan saya yang pertama). Pertama, seperti yang terjadi pada minggu ini, udara di Birmingham telah mencapai 32 derajat Celcius. Meskipun belum ada apa-apanya dengan di Indonesia, ini adalah angka yang sangat tinggi untuk ukuran di sini.

Akibatnya?

Badan cepat lemas, karena sebelumnya memang sudah agak nyetel dengan udara lebih dingin. Kisaran 18 - 24⁰C. Belum lagi ini dijalani dalam rentang waktu yang agak lama. Namun karena memang sudah berniat puasa, tantangan ini tidak terlalu menjadi masalah.

Ada tantangan yang lebih berat rupanya. Bukan soal lapar dan haus. Ini soal antar-jemput anak ke sekolah . Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini saya harus antar-jemput anak saya yang SMP ke sekolah yang agak jauh dan melewati pusat kota. Di sini masalahnya.

Di saat matahari benar menyalakkan sinarnya, banyak orang-orang tiba-tiba menjadi "miskin". Ke mana-mana dan di mana-mana mereka hanya mengenakan pakaian serba kurang kain alias mini. Mata ini.... yang rasanya seperti tidak mungkin menunduk terus dan hanya menatap kerikil dan rerumputan, selalu saja maunya mampir pada "benda-benda" yang terlarang itu. Di setiap alih pandang, itu-itu saja yang tampak.

Istighfar... Zi, istighfar...!

Memang benar. Harus banyak-banyak istighfar. Hanya ini cara yang ampuh untuk mengingat adanya balasan yang lebih nikmat jika mampu menahan. Tidak mungkin saya protes kepada mereka untuk: "Mbok jangan begitu, hormati orang puasa!"

Benar-benar Allah membuat saya merasakan makna puasa sebagai pengendalian diri. Dalam iman yang masih kering, saya berharap agar nasib puasa kali ini tak buruk-buruk amat. 

Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa'fu annii..

Birmingham, 03.05.15
Al Faqir Ibnu Sabil

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin