Langsung ke konten utama

Ramadhan di Negeri Orang (20)

Belajar dari Semangat "Mas" Garry

        Namanya Garry. Saya tambahkan kata sandang "Mas" karena orangnya masih muda. Kira-kira dua atau tiga tahun di bawah umur saya, meskipun raut mukanya tampak lebih tua dari saya. Maklum saja, sepanjang saya berkenalan dengan teman-teman yang berkulit hitam, mereka mengira umur saya lebih muda sepuluh tahunan dari yang mereka perkirakan. Anggapan yang membikin senang hati bukan?
       
        Balik ke Mas Garry. Perawakannya bongsor dan secara sepintas sudah cukup memberi tahu tipikal Afrika yang tinggi-tinggi. Namun dari beberapa gerakan tangan dan tubuhnya saya menduga dia lebih cocok berlatar belakang black carribean. Jenggot dan kumisnya tipis dan rapih, ia tampaknya menyukai gaya rambut plontos sehingga kurang kelihatan keritingnya.

        Siang hari itu, Mas Garry dan seorang temannya (saya lupa namanya) mengetuk pintu rumah kami. Saya turun dan menemuinya. Dengan ramah dan sopan ia perkenalkan diri dan kawannya kepada saya. Dengan menyodorkan beberapa lembar brosur, ia utarakan misinya mengapa ia mengetuk dari satu pintu ke pintu di kawasan sekitar saya tinggal.

        Ternyata yang mereka bawa adalah misi suci. Berangkat dari sebuah gereja di sekitar kawasan stadion klub Aston Villa, mereka hendak mengajak orang-orang di sekitar di kawasan itu untuk menerima kabar keselamatan yang di bawa oleh tuhan mereka, Yesus Kristus. Demikianlah, kepada saya, dengan gaya bicara menggebu-gebu Mas Garry mengajak saya untuk menerima kebenaran berita keselamatan ini. Dan untuk beroleh jalan keselamatan itu, caranya sangat mudah dan sederhana.

        "Cukup katakan 'Die to Jesus!'" katanya.

        Saya katakan kepadanya, saya seorang muslim dan tidak ingin mengatakan itu.

        Mas Garry menjawab, tidak masalah. Yang penting, lanjutnya, saya mau menerima kebenaran berita keselamatan itu dan adanya kerajaan surga.

        Awalnya, saya merasa tidak nyaman dipersuasi dengan cara semacam itu. Dalam hati rasanya saya ingin segera mengusir tamu yang kedatangannya saya anggap mulai mengganggu ini. Namun beberapa saat kemudian terlintas dalam kepala saya untuk meladeninya. Setelah men-switch cara berpikir ini,  saya mulai bisa tersenyum. Dan tampaknya raut mukanya tampak lega.

        Saya pun mengatakan, "Jesus itu memang istimewa. Kami biasa menyebutnya Nabi Isa alaihissalam."

        "Oleh karena itu, cukup katakan 'Die to Jesus', maka kamu akan selamat, bahkan meskipun kamu tak perlu datang ke gereja," demikian Mas Garry membujuk saya.

        "Tidak!" kata saya.

        "Mengapa!" dia tampak heran.

        "Dalam keyakinan saya, saya mempercayai Jesus adalah seorang nabi dan utusan Allah, tidak lebih, sebagaimana nabi-nabi dan rasul yang lain. Jesus datang sebelum Muhammad. Dan Muhammad tidak pernah memerintahkan saya untuk mengatakan seperti itu."

        "Tapi benar, kan, Jesus pembawa keselamatan?"

        "Tidak, dia hanya mengajarkan apa yang diperintahkan Tuhan kepada umatnya. Kedatangan Muhammad setelahnya adalah menyempurnakan ajaran yang dibawa Jesus."

        "Ya, saya tahu dalam Islam seperti itu. Berarti tidak ada masalah dan tidak perlu dipertentangkan. Ayo katakan, sangat sederhana, 'Die to Jesus!', ajaklah anak dan istrimu untuk menerima berita keselamatan ini," rayu Mas Garry yang masih tampak bersemangat.

        "Tidak mungkin," kata saya sambil tertawa."Mereka juga muslim sebagaimana saya. Nabi kami pun tidak mengajarkan untuk mengatakan seperti itu. Kalau kami diajarkan untuk (mengatakan) itu, tentu tanpa Anda datang ke sini, kami akan melakukannya.

        "Okelah kalau begitu," katanya. "Saya sangat senang bisa diskusi di sini, mungkin di lain waktu saya kita bisa sambung diskusi kita," lanjut Mas Garry.

        "Dengan senang hati, datanglah ke sini kapan saja," kata saya.

        Sekadar catatan, Mas Garry ini adalah salah satunya. Sebelumnya, kami sering menerima brosur semacam yang dibawa Mas Garry dalam "tromol" rumah kami. Ada juga, seperti tampak pada kostumnya, mereka adalah suster-suster. Bedanya, ketika saya katakan bahwa saya seorang muslim, suster-suster ini langsung pamit pergi. Suatu ketika, ketika pulang dari kampus, di dalam bis kota, istri saya juga diajak berkenalan oleh seorang aktivis gereja. Dengan keramahannya, diajaknya istri saya diskusi tentang berita keselamatan.

        Yang saya perhatikan, mereka ini hampir tidak ada yang bule. Dari semua yang kami jumpai, hanya dua atau empat yang bukan orang berkulit hitam. Tampaknya gereja-gereja yang pernah saya lewati juga lebih diramaikan oleh komunitas kulit hitam. Sepertinya ini menegaskan kebenaran anggapan selama ini, bahwa keberadaan gereja, terutama bagi warga kulit putih memang tidak lagi berlaku sakral dan religius. Seorang teman, dari luar kota Birmingham, mengaku tiap tahun tetap merayakan Natal meskipun hanya memaknainya dalam konteks pesta tukar kado. Ia merasa Natal tidak ada hubungannya dengan religi dan tuhan yang ia sendiri tidak mempercayainya.

        "Saya hanya percaya sains (ilmu pengetahuan), dan tidak kepada tuhan," kata Darren Lawford, teman yang saya tak pernah tahu potongan rambutnya ini karena selalu mengenakan topi walaupun di malam hari. 

        Seorang teman yang lain asal Slovakia, Hric Mikulas, sudah delapan tahun ini tidak pernah datang ke gereja. Teman yang saya panggil Roger ini (karena mukanya mirip pemain tennis Roger Federer) bercerita, "Mengapa saya harus datang ke gereja? Orang tua saya dulu oprak-oprak (bahasa Jawa) saya bangun pagi di hari minggu untuk pergi ke gereja. Tapi di gereja, ketika sang imam berpidato, kami hanya duduk-duduk di luar gereja, dan saya melihat teman-teman hanya ngobrol kesana-kemari sambil merokok. Lalu buat apa ke gereja."

        Namun karena yang saya jumpai baru bersifat sepintas, saya menganggap hal ini sebagai salah satu saja potret keberagamaan masyarakat Inggris. Tidak lebih. Mungkin di tempat lain, saya hampir yakin banyak bule yang masih taat dan rajin ke gereja, meskipun asumsi ini tidak memungkiri banyaknya fakta gereja-gereja telah dijual dan kini berfungsi untuk hal yang lain.

        Catatan berikutnya adalah soal militansi. Saya melihat apa yang dilakukan oleh Mas Garry dan kawan-kawannya sebagai salah satu bentuk militansi keberagamaan kristiani. Mereka menampakkan semangat  mencintai gereja dan mencoba mengajak siapapun untuk datang ke gereja dan menerima kekristenan. Ya, di Indonesia kita menyebutnya kristenisasi. Mereka tampak bersemangat. Jalan dari rumah ke rumah, kadang-kadang di tengah guyuran hujan kecil dan udara dingin. Ke mana-mana mereka membawa brosur berisi seruan mengikuti ajaran Jesus. 

         Sebagai muslim, rasanya saya belum mempunyai militansi semacam ini?

Bragg Rd, 23.45 - 28.01.13
Al Faqir Ibnu Sabil

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin