Bulir Ibrah dan Hikmah
Kisah cinta Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Dinukil dan diselia dari Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah
Melalui Kulsap Supermom Wannabe, 2014
***
Tentu, kita sudah sangat mengenal sosok Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Di awal menjabat kekhalifahan ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk negara. Hanya dalam waktu dua masa pemerintahan kemakmuran masyarakat sudah nampak. Pada masa itu, baitul mal kesulitan mencari mustahiq: orang yang berhak menerima zakat.
Beliau sangat hati-hati dalam mengelola harta. Memisahkan penggunaan harta negara hanya dan hanya untuk kepentingan negara, harta pribadi untuk kepentingan pribadi dan boleh untuk kepentingan Umat.
***
Ada satu sisi kehidupan beliau yang mungkin tidak banyak yang tahu. Setelah kemakmuran masyarakat sudah tercapai, badannya tumbang. Beban amanah yang teramat berat ternyata membuat tubuhnya ringkih.
Istri Khalifah Umar sangat mendukung pemerintahan suaminya agar dapat memimpin dengan baik sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Istrinya sangat prihatin dengan kondisi suaminya yang kurus karena bekerja tak kenal lelah.
Maka ia menawarkan Umar untuk menikahi gadis yang sejak lama dicintai Umar sebagai dukungan moral agar Umar memimpin pemerintahan lebih semangat.
Gadis ini adalah gadis yang sangat dicintai Umar. Parasnya jelita, yang dulu membuat Umar jatuh cinta. Ketika awal Umar jatuh cinta istrinya sangat cemburu dan tak mengizinkan Umar untuk menikahinya. Ini perasaan sangat wajar bagi wanita tak mau diduakan. Bukan antipoligami, sebab kalau tak kuat berbagi cinta, Allah dan Rasul tak mencela.
***
Sebagai manusia biasa Umar senang hatinya walau tak ditunjukkannya di depan istrinya.
Karena tak ada yang salah jika Umar menikah lagi, atas inisiatif istrinya pula, wanita yang ditawarkan istri yang dicintainya juga.
Namun, Khalifah Umar berkata, “Tidak, tidak. Hal ini tak boleh terjadi. Aku benar-benar tak mengubah diriku, bila aku harus kembali ke dunia perasaan semacam ini”
Demikian Umar menolak tawaran sang istri yang berniat baik meringankan dan mendukung pekerjaan suaminya yang tak ringan. Andaikan Umar tak lebih mengedepankan amanah yang dia emban, pasti Umar menerima tawaran itu.
Namun ada cinta yang lebih agung dari pada itu, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena amanah yang dia emban demi Allah dan kekasih-Nya yaitu Rasulullah.
Umar, sebagai manusia biasa, senang jika mendapatkan gadis impiannya, setelah sekian lama dilarang oleh istrinya yang tak siap berbagi.
Namun Umar menolaknya.
***
Apakah cinta Umar tenggelam? Di mana cinta Umar yang dulu ada?
Ternyata cinta itu tak pernah mati. Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta.
Ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, “Umar, dulu kau pernah mencintaiku. Kemanakah cinta itu sekarang?”
Umar bergetar haru.
Ia menjawab, “Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam”
***
Komentar