Langsung ke konten utama

Baca Alquran dengan Langgam Jawa

Beberapa tahun yang lalu saya ikut sulukan di Kedung Mutih. Salah satu kegiatannya adalah wiridan bersama setelah jamaah Shubuh.  Yang masih saya ingat antara lain adalah bacaan surat al ikhlash dan sholawat ummi dengan langgam jawa.

Qs Al ikhlash langgam jawa

Beberapa hari ini pro kontra tentang bacaan quran dengan langgam Jawa.

Pendapat mas Erwin:
Pembidahan, pengharaman bacaan langgam Jawa, atau apapun toh, dinamika biasa dalam keumatan kita. Berkali-kali, mengikuti sejarah kita. Insya Allah itu mendewasakan umat Islam.

Secara pribadi, yang saya takut itu bukan polemiknya, namun bagaimana orang malah menjadikan kejadian ini sebagai bahan cemoohan, mentertawakan, bahkan menjelekkan agamanya sendiri. Seolah kejadian ini tak terkait dengan hak hakiki keimanan. Bukankah tega, tega sekali jika kita mentertawakan sesuatu yang menurut orang lain adalah imannya?

Jika kita memiliki nurani yang benar, seharusnya ini bukan jadi bahan cemoohan atau ejekan. Seharusnya menjadikannya hikmah agar jadi solusi semua problema keumatan kita.

Ngapunten, IMHO, sekedar curcol, betapa beratnya berlega hati saat kita cuma dijadikan bahan tertawaan...

Pendapat mas Arkaa:
Haha..ada orang ngaji langgam jawa kita ribut, ada orang jadi syiah kita marah, ada orang ngurus HTI kita benci, ada orang ikut ISIS kita narsis, lalu pernahkan kita bertanya: siapa saya sebenarnya? Sudah sempurnakah syahadat saya? Jangan tertawa...sebelum bisa menjawabnya. Ketemu jawabanpun justru membuat kita sadar dengan jawaban: saya belum apa-apa???

Pendapat mas Acep
O, kalau cuma itu kan nggak masalah, asalkan yg seharusnya pendek dibaca panjang, yg memang mesti dibaca tipis nggak ditebalkan, bukankah selama ini juga pembacaan al quran banyak versinya

Kalau menurut saya analogi antara membaca al quran dg cara berpakaian dan ngelap piring itu tidak singkron, mungkin yg lebih pas itu orang mau shalat pakai baju koko, gamis, atau baju jawa kan masalah asalkan nggak mengubah syarat dan rukun salat

Pendapat mbak Ratih
Maksudnya Mas Mun itu kan menghilangkan kemudharatan didahulukan daripada mendatangkan manfaat. Ngaten to soal langgam Jawa Qur' an yang dimunculkan Pemerintah.Tugas Pemerintah itu kan mengayomi bukan sibuk memancing kontroversi.

Pendapat gus sholi
Menurutku lebih bijaksana kalau kita tdk usah ikut2an share postingan Al~Quran langgam Jawa tersebut karena menurutku sama saja dg menyebarkan kegaduhan2 baru dikalangan umat.

Pendapat ustad musyafa:
Dapat dari ustadz Musyaffa :

Boleh, Tapi Jangan Dikerjakan! ::.

Pak Kamsud pagi itu belum sempat sarapan di rumah, maka sebelum kerja, ia mampir dulu di Warteg Pak Karman langganannya. Belum juga sempat duduk, Pak Kamsud langsung ditembak pertanyaan sama pak Karman.

Nah, ini dia Pak Kamsud kebetulan sekali nih" kata pak Karman. "Ada apa emang koq pakai kebetulan segala?" tanya pak Kamsud keheranan. "Gini pak Kamsud, dari kemaren di Warteg ini banyak orang ngobrolin tentang baca Quran dengan langgam Jawa, menurut pak Kamsud sendiri gimana itu?" "Ya, kalo menurut saya pribadi sih itu namanya kurang kerjaan." "Lha koq gitu pak?" tanya pak Karman.

"Sekarang fungsi daripada baca Quran itu sendiri apa coba, saya tanya pak Karman?" "Ya untuk didengar, dipahami, dihayati dan kemudian diamalkan." "Nah betul itu. Sekarang kalo baca Quran tapi malah bikin konflik apa itu gak kurang kerjaan namanya?" "Gak gitu juga lah pak Kamsud, selama baca Quran itu telah memenuhi kaidah Tajwid dan tidak merubah maknanya, mau dibaca dengan nada Jawa atau nada Arab juga terserah aja kan? Lagian banyak juga lho, para Kyai yang mengatakan itu boleh."

"Tanpa sedikit pun mengurangi rasa hormat saya kepada para Ulama, tapi penjelasan mereka itu harus kita pahami secara proporsional pak Karman; karena mereka mungkin mengungkapkan hukum dasarnya saja, bukan siasat fatwanya. Maka bisa jadi sesuatu itu diperbolehkan, tapi tetap jangan dikerjakan karena dapat mendatangkan mafsadat lain yang lebih besar dan belum tentu sepadan dengan prediksi maslahat yang akan didapat."

"Maksud pak Kamsud gimana sih, saya koq makin gak paham?" "Maksud saya gini, pak Karman biasa shalat Jumat pakai baju koko, sarung dan peci. Sekarang coba nanti pak Karman shalat Jumat pakai kaos singlet, celananya setengah betis yang penting nutup aurat, kemudian pakai helm sebagai ganti peci. Itu sah gak menurut pak Karman? Dengan alasan; bahwa kaos singlet itu lebih adem kalo dipake, dan helm itu jauh lebih menjamin keselamatan kepala kita?"

"Ya nggak sah tho pak Kamsud, masa' shalat pakai helm, kurang kerjaan saja." "Shalatnya tetep sah pak Karman, karena shalat itu yang penting pakaiannya suci dan menutup aurat, ini kaedah dasarnya, hukum awalnya. Tapi memang, shalat dengan memakai helm itu sesuatu yang kurang kerjaan, demikian juga shalat dengan kaos singlet, meskipun ada yang membolehkan, tetap saja itu aneh dan kurang kerjaan.

Jadi, meskipun boleh, tapi jangan dilakukan!" "Koq bisa pak, seuatu yang boleh tapi jangan dikerjakan?" "Jadi begini, pak Karman tahu karung goni kan? Itu lho, yang biasa dibuat balap karung anak-anak pas 17-an? Sekarang kalo umpamanya ada wanita yang memakai karung goni untuk menutup auratnya, mulai dari atas sampai bawah dia pakai karung goni, lalu dia jalan ke pasar, ikut majlis taklim dan nganter anak ke sekolah dengan kostum kaya gitu, boleh gak itu?

Secara hukum dasar itu boleh-boleh saja, karena Islam hanya memerintahkan wanita menutup auratnya dengan batasan yang jelas, adapun mengenai jenis kain yang digunakan, itu kan gak ada keterangan detailnya. Jadi hal semacam ini, meskipun boleh, tapi aneh di sebuah masyarakat, makanya jangan dilakukan karena bisa menimbulkan fitnah." "Tapi kan, nada Jawa itu bukan sesuatu yang aneh bagi masyarakat kita Pak?" "Tidak aneh kalo untuk wayangan, tapi aneh kalo untuk baca Quran.

Seperti memakai sarung itu tidak aneh kalo buat shalat di masjid, tapi coba pakai sarung saat ngantor atau ngajar di sekolahan, anak SD juga tahu kalo itu aneh dan mereka bakal ngetawain kita." "Jadi intinya boleh tapi jangan dikerjakan? Kalo saya tetap melakukannya gimana pak?" "Ya sudah gini saja pak, sekarang bapak punya Warteg yang banyak pelanggannya, biasanya saat pak Karman melayani pelanggan maka pak Karman akan membersihkan piring dengan sebuah kain lap.

Sekarang coba bapak pergi ke toko dan beli celana dalam yang baru, paling bagus, paling mahal, merk-nya terkenal, steril dan belum pernah dipakai, kemudian pak Karman kalau ada pelanggan datang, nanti pak Karman nge- lap piringnya pakai celana dalam yg baru itu, gimana?"

"Ah, aneh-aneh saja pak Kamsud ini, koq idenya nggilani kaya gitu?!" "Lho, ini bukan nggilani pak, pada faktanya, mohon maaf ini, celana dalam yang baru dari toko itu jauh lebih bersih dari kain lap punya pak Karman yang sudah dipakai berkali-kali, keduanya sama-sama kain, yang membedakan hanya bentuk jahitannya saja.

Jadi secara hukum dasar, sah-sah saja kalau pak Karman menggunakan CD buat nge-lap piring." "Kalo kaya gitu pelanggan saya nanti bakal kabur semuanya lah pak Kamsud." "Nah, itulah yang ingin saya sampaikan pak Karman. Kita ini hidup di tengah masyarakat Indonesia, kita harus paham mana yang telah menjadi perspektif paten dalam sebuah masyarakat, sehingga hal tersebut perlu kita jaga dan tak perlu kita mengada-ada sebuah inovasi dengan alasan yang kita buat-buat namun ide tersebut justru membuat masyarakat ribut dan berpecah-belah.

Sudah cukuplah kita ini diuji dengan banyak hal, apa tidak cukup kita diuji dengan harga-harga meroket namun mata uang justru menghujam dan menyelam? Islam Nasionalis itu adalah Islam yang sadar dia tengah hidup di mana dan berhadapan dengan siapa, jangan terlalu anti banget lah dengan yang berbau-bau Arab, masa' nanti kalo kita mati minta dikafanin dengan batik? Dan gak mau dikafanin dengan kain putih? Mungkin itu boleh, tapi sekali lagi, jangan dikerjakan!" "Pertanyaan terakhir pak, tadi pak Kamsud nyinggung tentang Siasat Fatwa, maksudnya apa itu pak?"

"Dalam konteks ini maksud saya adalah; menghindari kontroversi horisontal antara masyarakat yang dapat menjerumuskan ke dalam perpecahan.

Sebisa mungkin kita hindari hal tersebut dengan mengambil pendapat yang dapat menyatukan umat. Dalam Al-Quran, hal ini dicontohkan oleh Nabi Harun, yaitu saat Samiri, seorang gembong munafik bani Israel membuat lembu sesembahan, Nabi Harun tidak lantas seketika menghukumnya, akan tetapi mengakhirkannya hingga adik beliau, yaitu Nabi Musa datang. Pada dasarnya menyekutukan Allah itu dosa besar, tapi dengan kecerdasan Siasat Fatwa agar bani Israel tidak terpecah-belah, Nabi Harun kala itu lebih mengedepankan persatuan umat daripada permasalahan akidah. Walaupun memang, akhirnya mereka mendapat hukuman juga.

Jadi, tugas pemimpin itu adalah menjaga persatuan rakyatnya, bukan malah bikin mereka ribut dan saling hujat." "Okelah pak Kamsud, makasih buat sharingnya!" "Saya juga terimakasih buat pak Karman, yang bakalan kasih saya makan gratis pagi ini.. hehe." "Haha.. cerdik juga pak Kamsud ini, boleh, boleh.. silahkan makan sepuasnya. Khusus buat hari ini pak Kamsud saya gratisin.." "Naaah.. gitu dong, itu baru bener-bener Muslim Nasionalis, membantu dan merangkul saudaranya yang tengah kelaparan.. haha.."

Pendapat ustadz Toha

Forward dr group tetangga
----

Menurut Ustadz Toha Husain hafidz murid syaikh Shuraim di Purwokerto ada 3 kesalahan dlm membaca qur'an dg lagu dandanggulo [Jawa]

1. Kesalahan tajwid.
Maadnya dipaksa ikuti kebutuhan lagu.

2. Kesalahan logat.
Alquran harus diucapkan dg logat arab. Biasanya dg qiraat sab'ah atau qiraat asyrah.

3. Kesalahan takalluf. Memaksakan utk meniru lagu yg tak lazim utk Qur'an.

Dan yg paling fatal kalau ada kesalahan niat, yaitu merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dlm berinteraksi dgn al Qur'an, membangun sikap ashabiyyah dalam ber Islam. Allah yahdina wa yahdihim.

Smg Allah menjaga keikhlasan kita dlm mencintai Qur'an.
wallahu a'lam bisshawab.

Sekarang sedang berlangsung acara peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW yg disiarkan langsung dari Istana Negara melalui RRI Pro 3 Jakarta (Frekuensi 88.8 MHz).

Baru saja telah dibacakan ayat-ayat al-Qur'an oleh Qari' dari propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan menggunakan langgam/lagu/nada Jawa.. Ini merupakan pertama kalinya terjadi dalam sejarah peringatan hari-hari besar Islam di Istana Negara, reporter radio mengatakan bahwa ini adalah karena Presiden Indonesia (Ir. H. Joko Widodo) merupakan orang Jawa.
Apakah ini permintaan khusus bapak Presiden?

Saya hanya ingin mengingatkan sebuah hadits:
عن حذيفة بن اليمان قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إقرأو القرأن بلحون العرب وأصواتها وإيا كم ولحون أهل الفسق والكبائر فإنه سيجيء اقوام من بعدي يرجعون القرأن ترجيع الغناء والرهبانية والنوح لايجاوز حناجرهم مفتونة قلوبهم وقلوب من يعجبهم شأنهم (رواه الطبراني).
Dari Hudzaifah bin al-Yaman ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Bacalah Al-Qur’an sesuai dengan LUHUN (cara/nada/lagu/langgam) dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara membaca orang-orang fasik dan ahlul Kitab (Yahudi & Nasrani). Maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum setelahku yang melagukan Al-Qur’an seperti nyanyian dan rohbaniyah (membaca tanpa tadabbur), suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke dalam hati), hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus). al-Hadits

#WallahuA'lam. . .!!

* tadi malam ini tulisan dari salah satu sahabat dan guru Quran kami, Ust. H. Dasrizal, MA..
Beliau adalah salah satu Qori terbaik dunia, juara MTQ Internasional di Malaysia tahun 2012..

Jam terbang sangat tinggi, keliling berbagai negara menjadi Qori dan juri MTQ..

Pendapat Mahasiswa Islam Nusantara STAINU Jakarta Soal Qiro’at Langgam Jawa
(Rabu, 20/05/2015 10:01)

Jakarta, NU Online
Pembacaan al-Qur’an dengan Langgam Jawa yang dilantunkan oleh Muhammad Yasser Arafat di Istana Negara pada peringatan Isra Mi’raj, Jum’at (15/5) lalu menuai beragam pro dan kontra di tengah masyarakat. Kontroversi ini juga ditanggapi oleh para mahasiswa Pascasarjana Kajian Islam Nusantara STAINU Jakarta sebagai khazanah keislaman di Indonesia.

“Kita harus memposisikan terlebih dulu, bahwa membaca al-Qur’an dengan Langgam Jawa itu termasuk dalam kategori mana. Apakah itu termasuk Qiro’at (sab’ah/asyrah), Tarannum (bayati, hijaz, dan lain-lain) atau Maqamat (jawab, jawabul-jawab, dan lain-lain,” jelas mahasiswa bernama Abdurrof, Selasa (19/5) di Jakarta.

Mahasiswa asal Cirebon ini menambahkan, bahwa dalam dunia ‘persilatan’ Qiro’at, langgam itu masuk dalam kategori Tarannum, yakni irama lagu. Wilayah ini, menurutnya, adalah wilayah bebas inovasi dengan menjaga standar Qiro’at.

Bahkan secara Maqamat, lanjutnya, Indonesia lebih kaya dari Tarannmu Isyriq (Timur Tengah). Untuk Tarannum Jawa saja, tambahnya, Indonesia mempunyai Maqamat Dhandhanggula, Kinanthi, Asmarandhana, dan lain-lain.

“Kemarin yang di Istana Negara itu, Maqamat atau Larasnya Pelog,” terang Aktivis di Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren (PSPP) ini.

Mahasiswa lain bernama Abdul Kadir menjelaskan, bahwa pembacaan al-Qur’an dengan Langgam Jawa adalah sebuah inovasi yang bagus, karena tidak terpaku dengan lagu-lagu Arab seperti pada umumnya. “Langgam itu secara leksikal atau arti kamus sama dengan cara atau model kan? Atau juga sama dengan bentuk irama lagu. Itulah langgam dalam kamus Bahasa Indonesia,” ucap mahasiswa asal Pontianak, Kalimantan Barat ini.

Sementara itu, mahasiswa bernama Zaenal Muttaqin menuturkan, pembacaan al-Qur’an dengan Langgam Jawa itu baik dan bagus-bagus saja. “Yang penting tajwid benar dan tartil bacanya. Qiro’at Sab’ah merupakan monopoli Arab itu,” tukas aktivis salah satu LSM di Jakarta ini.

Senada dengan pendapat yang lain, mahasiswa asal Indramayu, Jawa Barat Alamul Huda menegaskan, jika pembacaan al-Qur’an dengan menggunakan Langgam Jawa adalah bukan hal baru di Indonesia, khususnya di Jawa. “Biasa aja. Dulu masa kecilku di Tajug (mushalla), Simbah-simbah mengajinya ya seperti itu. Tapi ya tidak menimbulkan kontroversi seperti di Istana,” papar Pegiat Kajian Islam Pesisiran ini. (Fathoni)

Pendapat PBNU
PBNU: Quran Boleh Dibaca Dengan Langgam Apapun Asal Jaga Kaidah
(Selasa, 19/05/2015 16:07)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Masudi menyatakan kebolehan melagukan Al-Quran dengan irama adat manapun. Pasalnya, setiap komunitas memiliki langgamnya masing-masing. Hanya saja yang perlu diperhatikan ialah kaidah pelafalan dan respek terhadap ayat-ayat suci itu sendiri.

“Setiap pembaca itu wajib menjaga makhrajnya, panjang, juga pendeknya. Tujuannya agar tidak merusak makna Quran itu sendiri. Kalau soal langgam, Al-Quran terbuka. Jawaz (boleh) dengan langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya,” kata Kiai Masdar kepada NU Online di Jakarta, Selasa (19/5) sore.

Menanggapi pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa di Istana Negara pada Jumat (15/5) malam, Kiai Masdar menyatakan rasa syukurnya kalau langgam lokal itu menambah kesyahduan.

“Dan langgam itu berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Kalau iya begitu, setiap komunitas boleh membaca Al-Quran dengan langgam yang lazim di kalangan mereka. Bisa langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya,” ujar Kiai Masdar.

Setiap bahasa pun sebenarnya mengandung nilai transendensi. Allah sendiri mengatakan, wa allama adamal asma’a kullaha. Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Adam. “Artinya setiap bahasa mengandung nilai ilahiyah.”

Rais Syuriyah PBNU ini mengajak masyarakat tidak perlu membesar-besarkan persoalan ini. Tidak ada larangan membaca Al-Quran dengan langgam apapun selagi menjaga dua kaidah itu, tegas Kiai Masdar. (Alhafiz K)

Ada juga yang berpendapat:
Pahamilah kawan,

Pembacaan Alquran dengan langgam Jawa itu hanyalah sebuah test case saja. Sesudah ini akan ada festival membaca Alquran dengan langgam Nusantara.

Kenapa begitu ? Ini adalah usaha licik Menteri Agama untuk melawan secara halus arabisasi dan mengembalikan Islam kembali ke budaya nusantara lagi. Seperti zaman saat WaliSongo menebarkan Islam dengan damai dan disesuaikan dengan budaya setempat sehingga mudah diserap dan diterima warga setempat.

Licik sekali bukan ?

Dengan mempopulerkan pembacaan. Alquran langgam nusantara, maka masing2 daerah akan sadar kedaerahannya, dan kembali sadar akan kebhinekaan nusantara ini. Kalau sudah sadar akan bhineka, maka sulit untuk menjadikan konsep khilafah di bumi ini.

Budaya2 arab yang dibawa oleh mereka yg pernah belajar di arab dan dipaksakan disini termasuk kekerasan, rasa dendam, picik yang menjadi bagian dari arab pada zaman jahiliyyah dan terikut kesini, jadi sulit bermutasi. Bahaya sekali ini. Bisa2 mereka yang islam disini tidak lagi ngomong akhi dan ukhti dan itu menandakan Islam sedang dirongrong. Sangat licik.

Dan di balik semua kelicikan Menteri Agama itu, tentu ada boss-nya yang memberikan persettujuan. Siapa lagi kalau bukan Jokowi, kawan ? Ini boss-nya licik yang sangat licin.

Dari grup sebelah (wa) dikopi oleh anggota grup alumni sa ugm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin