Buku adalah teman terbaik. Al-Quran adalah buku terbaik.
Alhamdulillah, sekarang kita dapat dengan mudah mendapat Al-Quran dengan berbagai macam ukuran, model, bahkan dilengkapi dengan berbagai macam nilai tambahnya. Al-Quran bukanlah bacaan biasa apalagi bagi orang Indonesia. Membaca/melafalkan Al-Quran harus sesuai dengan ilmu tajwid.Terbitan Al-Quran yang dengan dilengkapi keterangan cara membacanya sangat berguna bagi masyarakat awam Indonesia. Dengan tersedianya Al-Quran dengan berbagai pilihan, sangat disayangkan bila kita sebagai muslim tidak rajin membaca Al-Quran. Lebih disayangkan lagi bila kita hanya membaca Al-Quran tapi tidak mengamalkan ajarannya.
Al-Quran
seperti karya sastra tingkat tinggi. Susunan kalimatnya enak dibaca
dan dilantunkan serta dapat dinikmati walau oleh orang Indonesia
yang tidak paham bahasa Arab. Lantunan Al-Quran juga terbukti dapat
memberikan efek nyaman dan tenang bagi pembaca dan pendengarnya. Dan
bila pembaca bisa angen-angen sakmaknane (menghayati kandungan
ayat-ayat yang dibaca), maka Al-Quran bisa menjadi tombo ati (obat
hati). Oleh karena itu kehadiran Al-Quran yang dilengkapi dengan
terjemah dan tafsir sangat berguna bagi muslim Indonesia yang awam.
Salah satu terjemahan Al-Quran yang saya sukai adalah Tafsir Al-Ibriz
karya Mbah K Bisri Musthofa Rembang. Tafsir ini memberi makna
gandul dalam bahasa Jawa pada setiap kata dan disertai tafsir
singkat juga dalam bahasa Arab. Saya tidak tahu apakah tafsir
Al-Ibriz sudah ada versi bahasa Indonesianya atau belum.
Mensastrakan
Terjemahan Al-Quran, Mungkinkah?
Mungkinkah
ada terjemahan Al-Quran yang bisa enak dibaca seperti kalimat-kalimat
aslinya? Mungkinkah ada seorang ulama' yang sekaligus sastrawan
Indonesia yang mau menerjemahkan Al-Quran sehingga enak dibaca dan
bisa dinikmati layaknya karya sastra seperti novel atau prosa liris.
Kalau tidak salah dulu, HB Yasin pernah menerjemahkan Al-Quran dengan
gaya puitis tapi mendapat banyak protes. Protes tersebut mungkin
karena HB Yasin dianggap belum menguasai ilmu yang cukup untuk
menafsirkan Al-Quran. Menerjemahkan Al-Quran menjadi karya sastra
yang baru memang tidak tidak bisa dilakukan hanya dengan mengubah
terjemahan yang sudah ada menjadi lebih puitis. Salah satu unsur
puisi adalah pemadatan kata tanpa menghilangkan makna yang luas.
Menerjemahkan Al-Quran dalam bentuk karya sastra berarti sama juga
memadatkan kitab tafsir Al-Quran menjadi puisi atau prosaa liris.
Mungkin terjemahan atau tafsir Al-Quran seperti ini bisa dihasilkan
oleh Mbah K Mustofa Bisri Rembang atau Syeikhuna Habib Luthfi
Pekalongan. Beliau berdua adalah ulama sekaligus sastrawan dan
budayawan.
Al-Quran
sebagai Sumber Inspirasi
Selain
sebagai bacaan spiritual dan pedoman hidup, Al-Quran juga dapat
dijadikan sebagai media belajar ilmu umum seperti, bahasa Arab, Ilmu
Nahwu-Shofr
(sintaksis), Ilmu
Sastra, Sains, Sejarah, dan ilmu-ilmu yang lain. Terbitan Al-Quran
dengan tambahan khusus tentu sangat menarik bagi orang yang menekuni
bidang tersebut. Misalnya Al-Quran pojok
di Jawa Tengah banyak digunakan oleh para sastri pondok tahfidz,
Al-Quran
yanbu'a banyak
digunakan oleh sastri-santri TPQ yang masih kanak-kanak karena
dilengkapi dengan keterangan cara membaca kalimah-kalimah yang
bacaannya tidak sesuai dengan tulisannya, tanda untuk berhenti dan
mengulang bacaan di luar waqaf.
Mungkin
terbitan Al-Quran dengan tambahan keterangan i'rob
(keterangan
sintaksis) akan sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang sedang
menekuni ilmu nahwu-shofr.
Mungkin Al-Quran dengan tambahan tafsir khusus sains akan lebih
menarik bagi para orang yang sedang menekuni sains.
Selain dicetak dengan berbagai model, ditambah dengan berbagai tafsir
atau keterangan-keterngan khusu, Al-Quran juga dapat dijadikan
inspirasi untuk menyusun berbagai buku. Dan tentu saja yang paling
penting adalah pengalaman dari ajaran Al-Quran. Semoga kita termasuk
muslim yang cinta Al-Quran lahir batin, hidup dan bernafas dengan
Al-Quran. Amin[]
Komentar