Kamis sore, 11 Desember 2003.
Setelah sekian lama absen, sore itu kami ngumpul lagi. Ada Himawan, Ipul, Odoy dan Nuri. Yan terakhir ini pendatang baru di BSBS. Dia adiknya odoy. Sore itu Nuri membacakan salah satu cerpen dari kumpulan cerpen kompas Derabat. ‘Maaf. Sebenarnya saya bukan pembaca yang baik. Sebelumnya makasih atas waktu dan kesempatannya.’ begitu kata Nuri basa-basi. Yang lain ada yang menanggapi ‘Aku juga pendengar yang baik’. Benar sekali kami mendengarkan sambil memperhatikan anak-anak dan remaja yang sedang berlari-lari dan meluncur dengan sepatu roda, berputar-putar di jalan, tidak jauh dari tempat kami ngumpul. Kami duduk di atas trotoar di bawah pohon beringin, di tepi jalan, di depan halaman gedung pusat ugm. Di tengah-tengah pembacaan cerpen Mumu datang dengan motor tuanya. Odoy langsung menyambutnya dengan menanyakan mbak Yudith. ‘Ah ribut saja. diam’ bentak Ipul pada Odoy. Nuri berhenti. Aku minta terus saja. Mumu mengajak salaman kami satu persatu. Nuri berhenti lagi. Sesaat kemudian pembacaan dilanjutkan.
Seusai pembacaan cerpen yang ditulis seorang perempuan itu semuanya hanya diam. Mumu yang mulai ngomong ‘yo opo ? Ko’ meneng wae’. Aku bilang sebenarnya ceritanya biasa-biasa saja. Kata Mumu semua cerita yang memang biasa-biasa saja. Ah lagi-lagi masalah teknis. Cerpen yang sore itu dibaca hanya bercerita tentang kemarahan seorang istri yang mengetahui suaminya selingkuh. Penulis cerpen itu bisa membuat cerita itu demikian panjang. Dia bisa menyajikan konflik sedikit demi sedikit dan semakin rumit sampai akhir cerita.
Ah tidak banyak teman yang komentar tentang cerpen itu. Lagi-lagi BSBS sore itu ngudo roso, jadi forum keluh kesah. Ya sudah cukup tua umur BSBS. Kalau tidak salah BSBS lahir tahun 1998 tapi sampai sekarang belum bisa menghasilkan karya yang konkret seperti forum sastra bulak sumur yang pernah ada yang telah bisa menerbitkan tiga buah kumpulan cerpen. Seperti itulah kira-kira obsesi beberapa teman-teman BSBS.
Odoy bilang sore itu BSBS syawalan. Mumu bilang kita harus mendesain ulang BSBS dan mengajak kita memperkosa diri sendiri. Kamis depan teman-teman BSBS dipaksa nulis cerpen tentang GEDUNG PUSAT, minimal 3 halaman dengan spasi 1,5. Kalau ternyata cerpennya jelek penulisnya harus merevisinya setelah mendapat beberapa masukan dari teman-teman yang lain pada setiap kamis sore.
Setelah sekian lama absen, sore itu kami ngumpul lagi. Ada Himawan, Ipul, Odoy dan Nuri. Yan terakhir ini pendatang baru di BSBS. Dia adiknya odoy. Sore itu Nuri membacakan salah satu cerpen dari kumpulan cerpen kompas Derabat. ‘Maaf. Sebenarnya saya bukan pembaca yang baik. Sebelumnya makasih atas waktu dan kesempatannya.’ begitu kata Nuri basa-basi. Yang lain ada yang menanggapi ‘Aku juga pendengar yang baik’. Benar sekali kami mendengarkan sambil memperhatikan anak-anak dan remaja yang sedang berlari-lari dan meluncur dengan sepatu roda, berputar-putar di jalan, tidak jauh dari tempat kami ngumpul. Kami duduk di atas trotoar di bawah pohon beringin, di tepi jalan, di depan halaman gedung pusat ugm. Di tengah-tengah pembacaan cerpen Mumu datang dengan motor tuanya. Odoy langsung menyambutnya dengan menanyakan mbak Yudith. ‘Ah ribut saja. diam’ bentak Ipul pada Odoy. Nuri berhenti. Aku minta terus saja. Mumu mengajak salaman kami satu persatu. Nuri berhenti lagi. Sesaat kemudian pembacaan dilanjutkan.
Seusai pembacaan cerpen yang ditulis seorang perempuan itu semuanya hanya diam. Mumu yang mulai ngomong ‘yo opo ? Ko’ meneng wae’. Aku bilang sebenarnya ceritanya biasa-biasa saja. Kata Mumu semua cerita yang memang biasa-biasa saja. Ah lagi-lagi masalah teknis. Cerpen yang sore itu dibaca hanya bercerita tentang kemarahan seorang istri yang mengetahui suaminya selingkuh. Penulis cerpen itu bisa membuat cerita itu demikian panjang. Dia bisa menyajikan konflik sedikit demi sedikit dan semakin rumit sampai akhir cerita.
Ah tidak banyak teman yang komentar tentang cerpen itu. Lagi-lagi BSBS sore itu ngudo roso, jadi forum keluh kesah. Ya sudah cukup tua umur BSBS. Kalau tidak salah BSBS lahir tahun 1998 tapi sampai sekarang belum bisa menghasilkan karya yang konkret seperti forum sastra bulak sumur yang pernah ada yang telah bisa menerbitkan tiga buah kumpulan cerpen. Seperti itulah kira-kira obsesi beberapa teman-teman BSBS.
Odoy bilang sore itu BSBS syawalan. Mumu bilang kita harus mendesain ulang BSBS dan mengajak kita memperkosa diri sendiri. Kamis depan teman-teman BSBS dipaksa nulis cerpen tentang GEDUNG PUSAT, minimal 3 halaman dengan spasi 1,5. Kalau ternyata cerpennya jelek penulisnya harus merevisinya setelah mendapat beberapa masukan dari teman-teman yang lain pada setiap kamis sore.
Komentar