Langsung ke konten utama

Singkongku Tercebur Got

Sudah dua kali Bapak memanggilnya tapi Siti tidak menyahut. Sore itu Siti duduk sendirian di teras rumah. Sepertinya bocah kecil itu sedang sedih. Dia diam saja. Kepalanya menunduk. Kedua kucir di kepalanya bergoyang-goyang tertiup angin. Matanya menatap tanah. Tidak ada apa-apa di atas tanah itu.

Tiba-tiba ada seekor semut melewati tanah itu. Semut itu berjalan pelan sekali lalu berhenti. Kepalanya tengak-tengok kemudian mendongak ke atas. Seakan-akan semut itu memandang heran kepada Siti. “Hai Siti sepertinya kau lagi sedih ? Kenapa ? Ayolah jangan bersedih begitu. Tersenyumlah…. Ayo tersenyum.” Siti diam saja.
Semut itu mencoba berdiri dengan kedua kakinya yang belakang. Eit jatuh. Dia coba lagi dan jatuh lagi. Akhirnya Siti tersenyum melihat tingkah semut itu.

“Siti….” Terdengar lagi suara Bapak dari dalam rumah.
 Siti segera berlari masuk ke dalam rumah.

“Sedang apa kamu tadi ? Dipanggil kok diam saja ?”

“Maaf Pak. Tadi Siti sedang sedih…”

“Mengapa ? Apa yang menyebabkan kau bersedih, Anakku ?”

“Siti juga tidak tahu, Pak. Tapi… sekarang aku sudah tidah sedih lagi kok.”

“Lho. Kenapa ?”
Siti malah tertawa. Dia teringat semut yang mencoba berdiri tapi selalu jatuh terjungkal.

“Eh Bagaimana kalau kita beli makanan.”

“Asyik. Ayo kita beli sekarang saja, Pak. Kita beli singkong goring saja.”

“Eh. Siti yang beli.”

“Terus Bapak ngapain ?”

“Bapak mau membuat teh. OK ?!”

“OK.” Siti segara berlari ke warung. Sebentar kemudian sudah kembali dengan tangan kosong.

“Mana singkongnya ?!” Tanya Bapak heran.

“Mana uangnya, Pak ?”

“O iya lupa.”
 Mereka tertawa bersama. Setelah menerima uang Siti segera berlari ke warung. Dia membeli singkong. Singkong itu dibungkus dengan daun pisang kemuidan di masukkan ke dalam tas kresek hitam. Siti senang sekali. Dia berjalan pulang sambil lari-lari kecil. Siti terus berjalan sambil menyanyi. Tangannya berayun-ayun. Tas kresek itu pun berayun-ayu. Tiba-tiba tas keresek itu lepas dari tangan Siti dan terlempar ke udara lalu jatuh pas ke dalam got. Air got hitam menciprat ke atas.

Siti menengok got itu. Singkongnya sudah tidak terlihat. Siti bingung dan takut. Apa yang harus dia katakana pada Bapak. Bapak pasti marah sekali. Siti berjalan sangat pelan. Kepalanya menunduk.
Sesampai di rumah Siti segera mencari Ibu. Siti menceritakan kejadian tadi tapi dia berbohong. Siti bilang uang untuk membeli singkong itu hilang di jalan. Ibu memberinya uang. Ibu berpesan agar hati-hati. Siti menggenggam uang itu erat-erat. Siti cepat-cepat berlari ke warung Lek Pri. Siti lupa tidak berterima kasih pada Ibu yang telah menolongnya.

Sayang sekali singkong di warung Lek Pri sudah habis. Siti bingung. Tiba-tiba kepalanya terasa gatal sekali. Dia menggaruk-garuknya. Uangnya jatuh tapi dia tidak tahu. Siti pulang lalu mecari Ibu. Ibu Menanyakan uangnya. Siti melihat kedua telapak tangannya. Uang itu sudah tidak ada di situ. Aduh jatuh di mana ?

Siti meyusuri jalan dari rumahnya sampai warung Lek Pri. Kepalanya menunduk. Matanya melotot melihat ke kanan dan ke kiri mencari-cari uang itu. Sudah tiga kali Siti menyusuri jalan tapi uang itu tidak bisa ditemukan.

Siti pulang sambil menangis. Siti takut dimarahi Ibu dan Bapak. Siti tidak berani masuk rumah. Dia bersembunyi di belakang rumah, di dekat kandang ayam. Siti masih menangis. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba Adiknya datang. Kata Adik, Siti ditunggu di teras rumah. Ayah dan Ibu tidak marah. Tapi Siti ragu. Siti tidak mau ke sana. Adiknya menggeret tangannya.

Bapak dan Ibu menyambutnya dengan senyum. Tapi Siti terkejut dan heran. Di atas meja ada tas kresek hitam. Dia bisa melihat isinya. Ya, isinya singkong goreng. Apakah ini singkong sudah tercebur got tadi ?
“Siti, ayo duduk sini. Mari kita nikmati singkong goreng ini,” kata Bapak sambil meraih pundak siti dan membelai rambutnya.

“Bapak tahu apa yang terjadi. Tadi Bapak melihat tas kresek yang kau ayun-ayunkan itu terlempar ke dalam got. Ketika kau sampai di rumah dan minta uang pada Ibu, Bapak pergi ke warung Lek Pri untuk membeli singkong kemudian Bapak ke Warung Lek Man untuk membeli gula pasir. Ketika kembali Bapak berjalan di belakangmu. Bapak melihat uang yang kau bawa jatuh. Ini kan uangnya ?!”

Bapak merogoh saku dan mengeluarkan uang itu. Uang itu dikembalikan ke Ibu.
“Sekarang mari kita minum teh bersam-sama. Apakah Siti bisa membuat teh seeak buatan Bapak ini ?”
Bapak, Ibu, Adik dan Siti minum teh hangat itu. Enak sekali rasanya.

Siti tidak tahu mengapa Ibu dan Bapak tidak marah.

“Bapak tidak suka kalau Siti tidak jujur. Karena Siti tadi membohongi Ibu sekarang Siti harus menerima hadiah. Ini hadiahnya.” Bapak langsung menggelitik perut Siti sampai geli dan terpingkal-pingkal. Siti sekeluarga tertawa bersama.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin