Badanku jadi panas karena sekian lama terjepit dalam posisi yang sama. Sebenarnya aku sudah terbiasa terjepit karena aku ditakdirkan untuk itu. tapi kalau dalam waktu yang lama dan posisi yang sama aku juga bisa kepanasan. Kalau begini terus bisa-bisa aku jadi hitam legam karena gosong. Kemarin aku dijepit diatas jok motor. Motor menderu tidak begitu cepat karena dia tidak begitu mahir naik mengendarai motor. apalagi memboncengkan orang. ah jadi perjalanan pasti akan lebih lama. Kami menuju ke selatan, mencari pawang hujan di Imogiri.
ada yang bilang kami harus bertemu dengan Mbah Wiryo. ya kucari rumah mbah Wiryo. Seseorang akan menunjukkan rumah mbah Wiryo tapi bukan pawang hujan. Di sini, yang terkenal pawang hujan itu Mbah Mitro rumahnya di sana, setelah pasar sana. Motor kembali berjalan lambat, melewati pasar lalu bertanya lagi. Rumah mbah wiryo dekat puskesmas, di depannya ada patung semar.
Baru kali ini kami mencari pawang hujan. sama sekali belum tahu bagimana model ritualnya. Ternyata kami hanya perlu membeli srono seharga 150.000 lalu nanti melakukan ritual sendiri di tempat acara. Srono itu berupa sesisir pisang raja, bunga, dan umbul-umbul. Yang dimaksud dengan umbul-umbul adalah beberapa sapu lidi yang ditancapi cabe.
sebenarnya masih ada srono yang lain lagi tapi kami tidak mengambil karen anggak mau repot. srono itu adalah kemenyan dan kawan-kawannya. kemayan itu harus dibakar dan tidak boleh mati baranya selama acara. kalau mati ya bisa saja hujan turun. maka kami minta tolong agar kami tidak usah melakukan ritual pembakaran. jadi masalah pembakaran dilakukan di rumah pawang hujan saja. kami hanya akan memasang sajen pisang dan umbul-umbul.
Waktu pulang, hari sudah hilang disembunyikan gelap malam. Jadi sepeda motor berjalan semakin lambat. eh nyasar lagi sampe ke Bantul kota. Waduh jadi lama sekali sehingga tubuhku terasa sangat panas. ya gimana lagi lha wong aku dijepit terus karena takdirku memang jadi bokong.
ada yang bilang kami harus bertemu dengan Mbah Wiryo. ya kucari rumah mbah Wiryo. Seseorang akan menunjukkan rumah mbah Wiryo tapi bukan pawang hujan. Di sini, yang terkenal pawang hujan itu Mbah Mitro rumahnya di sana, setelah pasar sana. Motor kembali berjalan lambat, melewati pasar lalu bertanya lagi. Rumah mbah wiryo dekat puskesmas, di depannya ada patung semar.
Baru kali ini kami mencari pawang hujan. sama sekali belum tahu bagimana model ritualnya. Ternyata kami hanya perlu membeli srono seharga 150.000 lalu nanti melakukan ritual sendiri di tempat acara. Srono itu berupa sesisir pisang raja, bunga, dan umbul-umbul. Yang dimaksud dengan umbul-umbul adalah beberapa sapu lidi yang ditancapi cabe.
sebenarnya masih ada srono yang lain lagi tapi kami tidak mengambil karen anggak mau repot. srono itu adalah kemenyan dan kawan-kawannya. kemayan itu harus dibakar dan tidak boleh mati baranya selama acara. kalau mati ya bisa saja hujan turun. maka kami minta tolong agar kami tidak usah melakukan ritual pembakaran. jadi masalah pembakaran dilakukan di rumah pawang hujan saja. kami hanya akan memasang sajen pisang dan umbul-umbul.
Waktu pulang, hari sudah hilang disembunyikan gelap malam. Jadi sepeda motor berjalan semakin lambat. eh nyasar lagi sampe ke Bantul kota. Waduh jadi lama sekali sehingga tubuhku terasa sangat panas. ya gimana lagi lha wong aku dijepit terus karena takdirku memang jadi bokong.
Komentar