��Bulir Ibrah dan Hikmah��
"Denting Waktu Dunia WA"
Oleh: Eka Damayanti
Dunia WA, dunia maya, dunia orang baca sambil tertawa mungkin juga terluka.
Tawa saat meruyak canda-canda. Luka saat tak seorang pun menanggapi.
Dunia WA, dunia grup yang tak semuanya saling 'guyup'. Ada kalanya grup jadi sayup-sayup. Ada saatnya grup jadi gempita luar biasa.
Dunia WA, dunia grup yang tak semuanya saling kenal. Juga mungkin tak benar-benar ingin saling kenal, kecuali untuk broadcast produk-produk yang dijual. Mungkin juga ada yang hobi sempal sana-sini. Beginilah adanya. Berwarna-warna.
Di 'dunia ini' jika ingin ditanggapi tulis seperlunya saja atau sekalian yang hiperbola. Toh, biasanya tak bertahan baca lebih dari 52 detik lamanya. Ada juga yang hobi skip atau kasih jempol pol polan.
Ada grup yang heterogen, homogen, juga es campur. Grup dengan kumpulan orang salah, soleh, juga di antara keduanya.
Kemudian WA pun bertransformasi, tak lagi sekadar menjadi alat berkomunikasi tetapi juga menjadi 'alat' yang dikonsumsi.
Pemilikan nomor telpon tak jarang dirasa kurang tanpa ditautkan dengan pemilikan akun WA. Maka, jangan heran jika akhir-akhir ini orang sibuk menanyakan nomor WA meski jelas mereka bisa menghubungi via SMS dan telpon.
Melalui WA lahir pula para cendekiawan copas bukan cendekiawan berkualitas. Budaya copas dari grup sebelah yang entah sebelah mana.
Melemahnya budaya tabayun, menguatnya budaya manyun.
Kemudian timbul pertanyaan "berapa lama waktu yang terkuras bersama WA?"
Adakah lebih banyak waktu dikerahkan untuk bersama-Nya?
Jangan sampai religiusitas kita tergerus oleh media sosial. Sibuk ikut berbagai grup WA keagamaan yang nyatanya justru mengubah religiusitas kita menjadi religiusitas maya. Bukan lagi makna. Bukan lagi jiwa.
Sekadar religiusitas WA bukan lagi religiusitas dari jiwa. Tersibuk diri untuk melapor rutinitas ibadah hingga kadang malah berpatah-patah dalam beribadah.
Sungguh, sekali saja ruh ini berdenting semuanya tak lagi penting.
Semoga kita terlindung dari segala yang sia-sia.
#bersumber dari dialog guru & murid via WA
Komentar