Langsung ke konten utama

Peri Penjaga Goa Rahasia


Cerpen Anak karya Faiq Aminuddin
Namaku Siti Mariam. Aku kelas enam. Adikku kelas tiga. Namanya Zulaiha. Dia memang pintar tapi terlalu suka komentar. Uang sakuku selalu habis untuk jajan. Maka dia komentar, “Uang saku Kakak lebih banyak tapi kok tidak pernah mengisi kaleng tabungan.” Aku minta dibelikan tas yang warna biru. Maka dia komentar, “Tas Kakak yang lama kan masih bagus kok minta tas baru.” Suaraku agak serak. Maka dia komentar, “Makanya jangan terlalu banyak maka bakwan, Kak.” Aku melempar tas sepulang sekolah. Maka dia komentar, “Kak, tasnya masuk keranjang sampah.” Karena dia cerewet sekali, maka aku tidak peduli.
Pagi ini dia mengganggu mimpiku lagi. “Kak, sudah pagi. Kak, cepetan mandi! Kak, pelajarannya apa hari ini? Kak, Ibu dan Bapak sudah pergi. Sarapan kita di dalam lemari. Katanya kalau mau tambah lauk, kita disuruh beli sendiri. Kak, cepetan mandi! Tas Kakak sudah kuisi buku pelajaran hari ini. Kak, tas baru kok lubang begini? Kak, Aku pergi beli krupuk chiki. Kak, cepetan mandi!!!
Aku bangkit karena ingin menyumpal mulutnya dengan bantal. Adik kabur. Aku pergi ke sumur. Selesai mandi dan ganti pakaian, aku ke meja makan. Adik datang membawa krupuk chiki kesukaaanya. Aku tahu Adik lebih suka hadiahnya dari pada makan krupuknya. “Lho, kok aku tidak dibelikan bakwan?” tanyaku menyelidik.
“Kakak tadi tidak bilang, sih,” bantah adik.
“Ayo belikan bakwan dulu,” perintahku dengan nada menghardik.
“Uangnya mana?” Adik bertanya lagi.
“Pakai uangmu dulu. Nanti aku ganti.”
“Awas kalau Kakak bohong lagi.”
Adikku memang sangat cerewet tapi juga sangat penurut. Apalagi kalau diperintah oleh kakaknya yang sangat sangar ini. Walaupun cewek, aku tidak suka mewek. Aku mau jadi perempuan yang perkasa. Makanya aku minta dibelikan tas baru yang berwarna biru. Aku tidak suka lagi tas lamaku yang berwarna pink. Menurutku warna pink itu miring dan warna biru itu kuat seperti batu. Menurut Adik, biru itu indah seperti langit. Adik masih memakai tas lamanya waktu sekolah TK Pertiwi. Warna birunya sudah memutih di sana-sini.
Adikku memang cerewet sekali tapi sangat baik hati. Dia rela membongkar kaleng tabungannya. Uangnya diserahkan pada ibu semua.
“Untuk belikan Kakak tas,” katanya. Ibu tidak mau, tapi dia memaksa.
“Aku tidak mau Kakak ngamuk seperti orang gila.” Aku sangat malu tapi juga sangat senang karena akan dibelikan tas baru. Akhirnya aku punya tas baru yang berwarna biru. Oh sungguh senang hatiku.
Adik datang dengan membawa bakwan teri.
“Mana krupukku?” tanya adik sambil menjungkir bungkus krupuk di atas piring nasi. Tidak ada krupuk yang jatuh ke atas nasi. Semua sudah kumakan tadi. Untung masih ada hadiah stiker gambar ibu peri. Adik lebih suka hadiahnya dari pada makan krupuk chiki. Maka kubagi bakwan kesukaanku untuk sarapan nasi pecel bersama adikku yang cerewet ini.
“Kak, bakwan amis begini kok Kakak suka?” tanya adik sambil mencium bakwan teri.
Aku ingin membentaknya tapi tidak jadi. Aku teringat bahwa kemarin, waktu istirahat, aku jajan seplastik es dan bawan teri banyak sekali. Ketika waktu istirahat habis, bakwan teriku belum habis. Maka aku bawa ke dalam kelas. Karena takut ketahuan Pak Wali Kelas maka aku masukkan ke dalam tas.
“Baunya amis tapi kok rasanya enak ya, Kak?” Tanya Adik membuyarkan lamunanku.
“Kamu mau lagi? Aku masih punya,” jawabku.
Adik melongok ke piringku yang sudah kosong. “Bohong!”
“Di dalam tas. Kemarin aku beli dua belas,” jawabku dengan suara keras.
Adik segera berlari ke dalam kamar. Tidak lama kemudian membuka tasku dengan kasar. “Mana? Tidak ada....” tanya adik sambil berlari kembali ke dalam kamar.
Aku jungkir tas di atas meja makan. Buku pelajaran berjatuhan bersama remah-remah bakwan. Tidak ada bakwan.
“Tidak ada, Kak.” teriak adik dari dalam kamar.
Tidak ada?! Siapa pencurinya? Siapa lagi kalau bukan dia, adik paling usil sedunia. Setiap pagi dia membongkar tasku seenaknya. Siapa lagi pencurinya kalau bukan dia, Si Zulaiha.
“Pasti kamu yang mencuri!” Hardikku sambil menunjuk hidung adik.
Kepala adik digeleng-gelengkan. “Aku kan tidak suka bakwan.”
Aku periksa semua bagian tas, dari bawah hingga atas. Dari depan, tengah, dan belakang hingga tuntas. Masih tercium bau amis yang khas. Bau itu berasal dari belakang tas. Aku rogohkan tanganku ke dalam tas. Kuraba pojok kanan, tidak ada bakwan. Kuraba pojok kiri, malah kulihat jariku sendiri. Jari tanganku menyembul keluar dari dalam tas yang baru umur sehari.
“Kau apakan tasku? Mengapa bisa berlubang seperti ini?” Aku berteriak. Adik mendongak. Tas aku lempar. Adik tersenyum lebar.
“Aku tahu yang mengambil bakwan.”
“Siapa?” Tanyaku penasaran.
“Tikus!” Jawab adik dengan nada yang meyakinkan.
Aku perhatikan lubang itu dengan serius. Sepertinya memang bekas gigitan tikus. Aku ingin tikus itu segera mampus. Gara-gara tikus sialan itu, tasku jadi tidak bagus. Semangat sekolahku tiba-tiba pupus.
“Kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak sekolah.”
“Wah Kakak payah!” Adik membantah. “Gara-gara tas berlubang saja, tidak sekolah? Sini biar Adik sulap jadi lebih indah.”
Adik menambal lubang itu dengan stiker-skiter koleksinya. Gambar-gambar ibu peri itu seakan sedang menjaga goa rahasia. Adik mengajakku segera mengayuh sepeda.
“Ayo, Kak... Kayuh yang kuat. Cepat! Lebih Cepat! Kakakku memang hebat. Ayo, Kak... Kayuh lebih kuat. Aku tidak mau terlambat!”
Adikku memang sangat cerewet tapi ternyata sangat baik hati. Sungguh, aku malu sekali. Sambil mengayuh sepeda aku bejanji dalam hati; nanti siang akan kusimpan tas ini di dalam lemari. Nanti malam akan kuganti isinya dengan pelajaran besok pagi. Besok, aku akan bangun sebelum ayam berkokok, segera mandi dan menyiapkan sarapan bersama adikku yang sangat baik hati. Biarlah bapak dan ibu berangkat kerja pagi-pagi. Aku harus bisa mandiri mengurus adik dan diri sendiri.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu

Doa Mohon Belas Kasihan Allah

رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Rabbi innii a'uudzu bika an as-alaka maa laysa lii bihi 'ilmun wa-illaa taghfir lii watarhamnii akun mina alkhaasiriin Ya Tuhanku, sungguh aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi (Hud 47) Aamiin