Tahun 1997 saya diterima sebagai mahasiswa fakultas Satra UGM. Alhamdulillah, sebagai mahasiswa sastra tentu saja saya ingin memiliki karya sastra juga bisa menulis seperti Cak Nun, Seno, Gus Mus, Pram, Nawal, Najib Mahfud, NH Dini dan lain-lain. Atau setidaknya mampu menulis seperti kakak angkatan saya, misalnya Cak Mumu (Em Ali) dan Mbak Nurul F Huda.
Ternyata menulis itu tidak semudah yang saya bayangkan, apalagi kalau pas ngebet banget pingin dapat uang dari menulis. Bukannya bertambah semangat, justru kepala semakin pusing. Bisa jadi pusing akibat tendensi yang menggebu, pusing akibat masuk angin, ditambah pusing akibat bingung mencari ide ataupun tema tulisan.
Saya rasa perjuangan yang saya lakukan itu tidak segigih dan seheboh teman-teman lain yang lebih sukses. Sampai saat ini, saya hanya punya beberapa tulisan terutama cerita anak yang berhasil "lolos" seleksi. Dan keberhasilan itu lebih karena faktor keberuntungan, sehingga saya merasa kasih sayang Allah SWT itu dekat sekali. Alhamdulillaah...
Cerita anak dengan judul "Singkong Tercebur Got" yang saya kirim dan dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat adalah satu dari tulisan saya yang menceritakan masa kecil adik angkatan saya, Lailis Shobihah. Sebenarnya cerita aslinya sudah menarik, jadi saya hanya menuliskannya dengan sedikit "bumbu".
Cerita anak dengan judul "Selamat Tinggal, Pak Guru" yang juga dimuat di Kedaulatan Rakyat adalah karya percobaan yang meniru gaya menulis salah satu cerpennya Seno, yang menceritakan apa yang dibayangkan sang tokoh.
Sementara itu, cerita anak dengan judul "Sapu Terbang" yang berhasil meraih juara 1 dan merebut hadiah Rp 2 Juta itu saya rasakan lebih karena saat itu saya sedang benar-benar butuh uang untuk membayar hutang akibat bisnis jualan buku yang amburadul.
Saat menulis kisah "Sapu Terbang" ini, saya sempat mencoba membekali diri dengan membaca buku psikologi anak, meski tidak begitu paham. Mungkin ada sedikit poin yang berhasil saya dapatkan dari bacaan tersebut, sehingga mampu memengaruhi isi cerita anak "Sapu Terbang". Ternyata untuk menulis memang harus rajin membaca agar luas wawasannya. Sayangnya saya termasuk orang yang malas membaca.
Oiya, keberhasilan ceita anak "Sapu Terbang" itu mungkin juga berkat doa dan dukungan dari Sintha, teman kerja di warung internet yang selalu menyemangati. Terima kasih ya, Sintha...
Di sisi lain, kisah anak "Bolarina" yang gagal meraih juara pada sebuah sayembara tapi berhasil dimuat di majalah "Bobo" merupakan karya percobaan bermain kata seperti lagu-lagu dolanan anak, yang syairnya seperti ini; " ... Doktri legteri negosari-ri ... gajah mentu-tul ... ". Adapun alur ceritanya hanya berisi tentang permainan sepak bola yang dilakukan oleh adik ipar saya dan teman-teman akrabnya.
Secara teknis, saat menulis cerita anak, saya berusaha menggunakan kalimat-kalimat singkat dan pendek. Saya menghindari kalimat bertingkat.
Sebenarnya saya juga mencoba menulis cerpen, puisi, novel, resensi, dan artikel, akan tetapi entah mengapa yang sering selesai dan 'sukses' adalah cerita anak.
Oleh karena itu saya mengumpulan beberapa cerita anak yang pernah saya tulis dan menawarkankannya ke penerbit Guepedia. Alhamdulillah terbitlah buku kumpulan cerita anak dengan judul Cerita dari Desa
Belajar Bersama AKY
Beberapa cerpen saya dimuat di media komunitas. Lagi-lagi saya merasakan bahwa ini lebih karena keberpihakan pihak komunitas kepada saya. Saya sangat beruntung menjadi adik angkatan Cak Mumu, sehingga dapat kenal AKY (Akademi Kebudayaan Yogyakarta) dan mendapat beasiswa kepenulisan. Yang lebih asyik lagi saya jadi kenal dan belajar dengan banyak orang-orang hebat seperti Puthut EA, Eka kurniawan, kang Eko dkk.
Di AKY (Akademi Kebudayaan Yogyakarta) INSIST, saya belajar menulis dan menyisipkan pesan gerakan. Beberapa pengetahuan dari AKY saya praktikkan saat menulis cerita anak. Misalnya, pesan tentang kesetaraan gender saya terapkan melalui tokoh perempuan dengan profesi yang biasa dilakukan laki-laki. Implikasinya, dalam "Bolarina" saya memunculkan tokoh perempuan yang ahli sepakbola.
Belajar Bersama BSBS dan KPKP
Selain AKY saya juga belajar menulis di BSBS (Bengkel Sastra Bulak Sumur) dan KPKP (Kelompok Pecinta Kabeh-kabeh Puisi), yang kemudian berubah nama menjadi Pondoh.
Pertemuan dan forum diskusi rutin yang diadakan komunitas tersebut menjadi salah satu penyemangat saya untuk menulis secara rutin. Hal itu sangat bermanfaat guna memacu kebutuhan saya terhadap berbagai bacaan referensi, karena sebelumnya saya adalah penulis yang malas membaca.
Mengatur jadwal untuk menulis memang penting. Cak Mumu pernah berpesan bahwa dia membiasakan diri selalu menulis mulai jam 12 malam dan menjadikan menulis sebagai salah satu kegiatan rutin setiap pagi setelah bangun tidur.
Beberapa penulis mempunyai ketahanan dalam berjuang menjadi penulis. Mereka menulis, menulis, dan terus menulis, sampai akhirnya tulisan mereka diakui bahkan ditunggu-tunggu serta dicari oleh para pembaca. Namun, saya belum bisa seperti itu. Saya pernah ikut menjadi salah satu bagian dalam penyusunan buku lebih karena komunitas.
Dari AKY saya mendapatan beberapa kesempatan menjadi semacam proofreader, layouter, bahkan salah satu tim penulis buku.
Teman saya yang baik hati, Fahrur Rozie juga pernah memberi kesempatan saya terlibat dalam penerbitan buku bersama teman-teman Budi Mulia.
Memanfaatkan Peluang yang Ada
Akhir-akhir ini saya menulis tentang perangkat lunak komputer terbuka (software open source). Awalnya saya semangat menulis karena mengejar hadiahnya.
Software-software open source tentu tidak sepopuler software-sofware yang biasa dipasang di Windows. Mungkin karena itulah, tidak banyak yang menulis panduan atau dokumentasinya. Maka saya bisa dapat kesempatan beberapakali memenangkan sayembara menulis panduan di web panduan.blankonlinux.or.id. Bahkan, anak saya yang masih kelas 4 SD juga berhasil memenangkan sayembara menulis tersebut.
Lewat komunitas open source, saya mendapat kesempatan mengelola wiki dan web panduan BlankOn Linux dan ikut menulis buku panduan "BlankOn X Tambora" dan buku "Belajar Komputer".
Berikut daftar buku yang kami tulis bersama pak Sokibi;
- Buku Belajar Komputer Tingkat Dasar 2
- Buku Belajar Komputer Tingkat Dasar 3
- Buku Belajar Komputer Tingkat Dasar 4
- Buku Belajar Komputer Tingkat Dasar 5
Jadi, menulis tentang hal-hal baru yang belum populer bisa menjadi pilihan sebagai titian awal terjun ke dunia kepenulisan.
Ternyata banyak juga teman-teman yang terjun ke dunia penulisan. Saya yakin dengan mempererat tali persaudaraan (silaturrahim), banyak manfaat yang dapat kita peroleh.
Wallahu a'lam bishshawaab.
Allahlah yang lebih tahu...janganlah kita sering sok tahu.
Komentar