Aku dan Logika
Suatu hari mbah Shobib Nganti hendak mengunjungi Gus Mus di Rembang.
"Sik aku tak telpon," kata mbah Shobib sambil mengangkat sandal japit. Mbah Shobib pun berpesan pada Gus Mus agar disediakan pecel.
Saya tidak tahu apakah pesan mbah Shobib dapat sampai dan diterima oleh Gus Mus. Tapi memang ketika rombongan Mbah Shobib sampai, sudah tersedia hidangan pecel.
Mungkin mbah Shobib memang bisa menggunakan sandal japit sebagai handphone.
Mungkinkah ini hanya kebetulan.
Selanjutnya, setelah mendengar cerita itu dan cerita-cerita sejenis, aku pikir bahwa untuk memahami mbah Shobib aku harus meninggalkan logika. Tapi kemudian aku pikir bahwa ternyata logikaku saja yang tidak bisa memahami bagaimana proses pengiriman pesan lewat sandal jepit. Dan ternyata banyak sekali kejadian aneh yang bisa dijelaskan secara ilmiah tapi aku juga tidak dapat memahaminya.
Bagiku, handphoneku dan sandal jepitnya mbah Shobib, keduanya logis, masuk akal. Kalau aku tidak bisa memahaminya mungkin karena aku masih terlalu bodoh.
🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan
Komentar