Langsung ke konten utama

Yenny Wahid: Saya Bangga Islam Nusantara

Yenny Wahid: Saya Bangga Islam Nusantara
(Kamis, 06/08/2015 03:01)

Jombang, NU Online
Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, yang dihelat di Jombang, Jawa Timur, mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Tema Islam Nusantara, menjadi sangat populer sejak Presiden Joko Widodo berpidato tentang tema ini, dalam Munas Alim Ulama di Jakarta, Juli lalu.

Sejak itu, Islam Nusantara menjadi populer sekaligus menjadi polemik di antara mereka yang mendukung dan kelompok yang menolak. Diskusi tentang Islam Nusantara, ramai diperbincangkan di panggung-panggung seminar dan media sosial.

Putri Gus Dur, Yenny Wahid—panggilan akrab Zannuba Arifah Chafsoh—mengungkapkan bahwa dirinya sangat senang dengan Islam Nusantara dan bersyukur dilahirkan di tanah air Indonesia.

“Saya sangat bersyukur lahir di Indonesia, di kawasan Nusantara. Sebab, di Indonesia ini saya merasa sangat nikmat dalam berislam. Kalau saya lahir di Timur Tengah, di Arab Saudi, saya tidak bisa nyetir mobil, saya tidak bisa naik motor sendirian. Kalau saya lahir di Inggris, saya tidak akan bisa masuk ke komunitas-komunitas muslim secara longgar,” ungkap Yenny, dalam diskusi buku Islam Nusantara, terbitan Teraju-Mizan, pada Selasa (5/8) kemarin, di Kampus Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Tebu Ireng, Jombang.

Yenny mengatakan, Islam Nusantara mengajarkan tentang perdamaian dan moderatisme.

Buku “Islam Nusantara, Dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan” ini diedit oleh Akhmad Sahal (Wakil Ketua PCI NU Amerika Serikat) dan Munawir Aziz (Peneliti Muda). Dalam buku ini, memuat beberapa tulisan para tokoh lintas organisasi, terutama NU dan Muhammadiyah: KH. Abdurrahman Wahid, KH. Sahal Mahfudh, KH. Musthofa Bisri, KH. Said Aqil Siroj, serta Prof. Amin Abdullah, Prof. Dr. Azyumardi Azra, dan Prof. Dr. Din Syamsuddin. Selain beberapa nama itu, ada beberapa peneliti muda yang mengusung tema Islam Nusantara dalam riset-riset mutakhirnya.

Yenny Wahid melanjutkan, bahwa ayahnya Gus Dur merupakan salah satu model ulama dan cendekiawan yang memahami betul konsep Islam Nusantara.

“Gus Dur itu, cara berpikir, sikap dan dan tindakannya memiliki rujukan kaidah fiqh. Misalnya, guyonan gitu aja kok repot, itu disarikan dari konsep yassiru walaa tu’assiru (permudahlah, jangan persulit sesuatu),” terangnya.

Dalam ungkapan Yenny, Islam Nusantara itu berlandaskan konsep fiqh dan ushul fiqh, yang kemudian mempengaruhi sebagian besar dimensi keagamaan umat muslim di negeri ini. (Red: Anam)

Lihat Komentar

Artikel terkait:
Tak Ada Agenda Politik, Kiai Said Fokus Kerja Sosial (Kamis, 06/08/2015 10:30)
Formatur Akan Tentukan Kepengurusan Periode 2015-2020 (Kamis, 06/08/2015 10:05)
MUKTAMAR KE-33 NU
Ini Rekomendasi Keumatan, Kebangsaan dan Internasional (Selasa, 04/08/2015 21:03)
MUKTAMAR KE-33 NU
Sidang Komisi Rekomendasi Bahas Tiga Isu Strategis (Selasa, 04/08/2015 13:29)
Gus Rozien: Pesantren itu Benteng Islam Nusantara (Selasa, 04/08/2015 11:00)
BEDAH BUKU
Pesantren Paling Lantang Jaga Keutuhan NKRI (Senin, 03/08/2015 16:01)
STAINU Jakarta dan UNU Indonesia Adakan Pameran Pendidikan di Arena Muktamar (Senin, 03/08/2015 14:01)
Pesantren Al-Aziziyyah Denanyar Bedah Buku “Menolak Wahabi” (Senin, 03/08/2015 00:00)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan
Minggu 1 Agustus  2004 yuli dah pergi dan aku merasa belum memberinya apa-apa.  sayang kami tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya ada satu kemungkinan untuk bertemu dengan kembarannya... aku harus menunggu setahun lagi. padahal bisa saja besok pagi aku mati. Kau tahu semakin banyak kendaraan yang melaju dengan cepat di jalan. setiap kali menyebrang jalan maka aku harus bersiap untuk masuk ke duani kematuian. Kau juga tahu semakin banyak pisau yang diasah untuk melukai dan membunuh orang lain dengan berbagai tujuan....kau lihat tubuhku.... kurus, trinkih... sebuah sasaran yang mudah ditaklukan hanya dengan pelototan mata yang menyeramkan... bisa saja saat aku menyapamu tiba-tiba ada peluru nyasar yang bisa membunuhku seketika... yang pasti aku tidak bisa melawan serangan-serangan kematian itu. Dari pada aku ketakutan dan tidak berani kemanan-mana maka mau ngagka mau aku harus membunuh rasa takut itu... sembunyi se aman apapun tidak akan memberikan jaminan keselamatan dari i