Langsung ke konten utama

Di Pusara Mbah Hasyim Asy'ari, Gus Mus Menangis dan Berucap Maaf

Di Pusara Mbah Hasyim Asy'ari, Gus Mus Menangis dan Berucap Maaf

JOMBANG, ENEWS.ID - Paska perhelatan penyelenggaraan Muktamar NU ke-33, KH. Mustofa Bisri, berziarah ke komplek makam keluarga KH. Hasyim Asy'ari di Ponpes. Tebuireng, Jombang, Kamis (6/08).

Dengan bercucuran air mata, pria yang akrab disapa Gus Mus ini memanjatkan doa-doa dan ucapan permohonan maaf pada Mbah Hasyim Asy'ari, KH. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Doanya lama. Tangisannya tak tertahan sambil meminta maaf kepada Mbah Hasyim, KH. Wahid Hasyim dan Gus Dur. Bahkan tangisannya masih terus berlangsung saat beliau hendak menaiki mobil yg mengantarnya." Ucap Fikri AF, Direktur LKiS yang sempat berziarah bersama Gus Mus di makbarah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan
Minggu 1 Agustus  2004 yuli dah pergi dan aku merasa belum memberinya apa-apa.  sayang kami tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya ada satu kemungkinan untuk bertemu dengan kembarannya... aku harus menunggu setahun lagi. padahal bisa saja besok pagi aku mati. Kau tahu semakin banyak kendaraan yang melaju dengan cepat di jalan. setiap kali menyebrang jalan maka aku harus bersiap untuk masuk ke duani kematuian. Kau juga tahu semakin banyak pisau yang diasah untuk melukai dan membunuh orang lain dengan berbagai tujuan....kau lihat tubuhku.... kurus, trinkih... sebuah sasaran yang mudah ditaklukan hanya dengan pelototan mata yang menyeramkan... bisa saja saat aku menyapamu tiba-tiba ada peluru nyasar yang bisa membunuhku seketika... yang pasti aku tidak bisa melawan serangan-serangan kematian itu. Dari pada aku ketakutan dan tidak berani kemanan-mana maka mau ngagka mau aku harus membunuh rasa takut itu... sembunyi se aman apapun tidak akan memberikan jaminan keselamatan dari i