Langsung ke konten utama

Pembuka Pintu Sakinah

Pembuka pintu sakinah dan pintu rizki
(Seri2)

Kemarin saya cerita tentang pintu sakinah. Ini lanjutannya ya.

Pada tahun ke ketiga usia pernikahan, kami mendapat rejeki mesin jahit.
Suamiku mengajariku menjahit. Memang saya belum bisa menjahit. Suamiku dengan telaten mengajariku seluk belum perjahitan.

Senang dengan ketrampilan baru, saya membuat banyak baju baru. Untuk pertama kalinya saya membuatkan sebuah baju untuk ibuku dan ibu mertua. Bukan gaun yang bagus, hanya daster sederhana dari bahan katun bunga-bunga. Itulah untuk pertama kali, saya memberikan "sesuatu" yang spesial untuk ibu mertua.

Kami keluarga muda yang sedang tertatih. Berdua belum lulus kuliah. Suamiku mencari maisyah dengan menulis dan menulis. Membuat buletin, majalah dan mengirim naskah ke beberapa media. Sayapun demikian. Kami juga masih kontraktor...maksudnya pindah dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain.

"Tidak, ah. Malu!" begitu kata suamiku, saat saya menyarankan untuk secara rutin memberi uang pada orang tuanya.
"Orang tuaku lebih kaya, mereka tidak membutuhkan uang dari kita".
Memang logikanya masuk. Tapi saya tetap menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk membelikan barang-barang yang tak begitu mahal, sebagai sesuatu yang bisa saya haturkan pada mertua. Setidaknya saat beliau berulang tahun dan saat hari raya.
Itulah memang kemampuan kami.

Sampai suatu ketika, di tahun ke sebelas pernikahan kami, suamiku membawa sebuah cerita pencerahan.

Saat Ramadhan dan beliau pergi berdakwah di Kalimantan, bertemu dengan seorang ustadz yang mengisahkan rahasia sukses seorang pengusaha.

Pengusaha tersebut berasal dari keluarga kaya raya, tapi beliau pribadi kurang beruntung dalam berusaha. Jatuh bangun usahanya, bangkrut dan tidak berkembang.

Sampai ia mendapat nasehat dari ustadz tsb, agar " nyaosi" pada orang tuanya. Sekalipun orang tuanya lebih kaya dan tidak membutuhkan uang tsb.
Ia melakukannya dan berhasil.

Sejak saat itu, kami menyisihkan rejeki yang kami miliki,  untuk kami haturkan secara rutin pada orang tua. Alhamdulillah ternyata itulah diantara rahasia pintu rejeki. Allah selalu kembalikan berlipat-lipat dari yang kami keluarkan untuk orang tua.

Kami diberi rejeki kendaraan, rumah dan bahkan berhaji. Semua dari tempat yang tidak kami sangka-sangka. Mungkin juga rejeki yang tidak dihitung langsung sebagai materi, seperti kesehatan dan selamat dari bala bencana. Termasuk rejeki sakinah jauh dari konflik keluarga.

Pengalaman ini sering saya pesankan pada keluarga-keluarga muda, bahkan yang masih berada pada putaran ekonomi terbawah. Jangan meminta pada orang tua, tapi berilah sebagian penghasilan untuk orang tua, sesedikit apapun, secara rutin. Insya Allah, Allah akan bukakan pintu rejeki untuk keluarga anda.

Tentu harus ada kesepahaman diantara suami istri, dalam hal "nyaosi" pada orang tua. Agar tidak berat sebelah, sekalipun adil tidak harus sama persis jumlah pemberiannya. Mengingat kebutuhan dan kondisi ortu dan mertua tentu berbeda. Biarlah istri yang  menghaturkan untuk orang tua suami, dan suami yang menghaturkan untuk orang tua istri. Cara ini adalah bukti kesepahaman dan akan merekatkan huhungan menantu mertua.

Orang tua suami telah membesarkan dan membiayai suami, hingga menjadi seorang lelaki yang berpenghasilan, maka para istri mengertilah. Mengerti bahwa ada hak orang tua, atas penghasilan suaminya.

Demikian pula orang tua istri, telah bersusah payah membesarkan dan membiayai sekolah istri, maka para suami,.mengertilah.  Apalagi jika ia telah meminta istrinya untuk menjadi 'fulltimer mother', yang tidak bekerja formal dan tidak berpenghasilan. Pada saat demikian, mengertilah para suami bahwa, orang tua istri pun bagian dari tanggung jawabnya.

Sekali lagi, raihlah sakinah dengan ketulusan penerimaan pada pasangan kita dan keluarganya. Kemudian bukalah pintu rejeki dengan berbakti pada ortu dan mertua.

Tanpa keduanya, saya menyangsikan kualitas hidup sebuah keluarga. Bisa saja bergelimang harta, namun jauh dari sakinah dan keberkahan.

Ini hanya berbagi cerita rahasia samara, anda boleh memiliki dan berbagi resep anda pula.

Selamat mencoba dan meraih bahagia dunia akhirat.

@lailacahyadi
#DamaiTolikara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan
Minggu 1 Agustus  2004 yuli dah pergi dan aku merasa belum memberinya apa-apa.  sayang kami tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya ada satu kemungkinan untuk bertemu dengan kembarannya... aku harus menunggu setahun lagi. padahal bisa saja besok pagi aku mati. Kau tahu semakin banyak kendaraan yang melaju dengan cepat di jalan. setiap kali menyebrang jalan maka aku harus bersiap untuk masuk ke duani kematuian. Kau juga tahu semakin banyak pisau yang diasah untuk melukai dan membunuh orang lain dengan berbagai tujuan....kau lihat tubuhku.... kurus, trinkih... sebuah sasaran yang mudah ditaklukan hanya dengan pelototan mata yang menyeramkan... bisa saja saat aku menyapamu tiba-tiba ada peluru nyasar yang bisa membunuhku seketika... yang pasti aku tidak bisa melawan serangan-serangan kematian itu. Dari pada aku ketakutan dan tidak berani kemanan-mana maka mau ngagka mau aku harus membunuh rasa takut itu... sembunyi se aman apapun tidak akan memberikan jaminan keselamatan dari i