Langsung ke konten utama

Ramadhan di Negeri Orang (6)

Tarawih-tarawih:  Orang Malaysia, Orang Indonesia

Sengaja dalam judul saya mendahulukan "Orang Malaysia", kemudian "Orang Indonesia". Bukan apa-apa, tidak lain karena saya ingin menggambarkan sedikit yang tahu tentang bagaimana komunitas negeri jiran itu memakmurkan Ramadhan di perantuan.

Di Birmingham,  kawan-kawan Malaysia ini berlipat-lipat kali jumlahnya dibandingkan dengan orang Indonesia. Yang saya singgung di sini, hanyalah satu komunitas saja yang orang-orangnya sebagian saya kenal. Kalau pada tulisan sebelumnya saya sebutkan bahwa Ramadhan bukan bulannya anak-anak, ternyata itu tidak berlaku bagi komunitas Malaysia. 

Para perantau Melayu ini menciptakan tradisi sendiri dalam menyambut bulan suci. Soal berbuka, misalnya.  Mereka membagi diri dalam kelompok-kelompok keluarga menurut kedekatan tempat tinggal.  Dari kedekatan tempat tinggal ini, mereka setiap hari mengadakan buka bersama. Tempatnya bergilir dan mereka masak bersama-sama.

Jadi bisa dibayangkan, setiap menjelang berbuka mereka selalu bertemu. Yang tentu ikut senang adalah anak-anak mereka, karena setiap hari bisa bertemu dengan kawan-kawan bermainnya.  Jangan ditanya lagi, berapa biaya yang mereka keluarkan, karena itu bisa soal selera. Di samping, urusan yang satu ini sepertinya tidak ada persoalan bagi mereka. Aktivitas berbuka ini kemudian biasanya dilanjutkan shalat Isya' dan tarawih bersama.

Satu hal yang menjadi catatan saya adalah bagaimana upaya mereka membangun  pengalaman dan kesan dalam memaknai bulan puasa. Bukan saja bagi mereka sendiri, tetapi juga anak-anak. Kebersamaan setiap hari menjelang makan bersama di kala berbuka,tarawih,  pasti akan memberi kesan tersendiri bagi anak-anak.  Kelak, apakah masa-masa di luar Ramadhan, ataupun ketika kembali ke kampung halaman, mereka akan merindukan  saat-saat itu. Bahkan ketika dewasa.

Bagaimana dengan komunitas Indonesia?

Saya tidak tahu pasti, mengapa tradisi seperti tidak bisa berlangsung pada orang-orang Indonesia. Bagi saya sendiri, ada setidaknya empat keluarga yang paling rumahnya berdekatan. Yang menjadi soal, meskipun dikatakan di sini dekat, jarak rumah masing-masing kami, rata-rata lebih dari satu kilometer. Dan memang rasanya agak berat membayangkan setiap hari mengajak anak-anak yang berpuasa untuk melakukan jalan satu kilometer berpindah-pindah.

Ini sebatas dugaan saya. Di Birmingham, tradisi gathering orang Malaysia memang lebih kuat dibandingkan dengan orang Indonesia. Ada petunjuk yang menguatkan dugaan saya. Di luar Ramadhan, hampir setiap minggu kawan-kawan Malaysia melakukan gathering. Setidaknya ada dua aktivitas rutin yang mereka lakukan di setiap weekend. Majelis taklim dan carboot shopping. Jadi, selain mengecharge spirit kebersamaan dalam majelis ilmu, mereka tidak melupakan belanja barang bekas di pasar kaget yang menawarkan barang-barang bagus dan terkadang masih layak untuk dibawa pulang kampung dengan harga sangat murah.

Saya sendiri  sering takjub, bagaimana mereka bisa melakukan itu. Sepertinya isi kantong mereka tak pernah habis untuk melakukan itu semua.  Apakah faktor "isi dompet" turut berpengaruh? Mungkin.  Salah satunya adalah dukungan beasiswa pemerintah Malaysia yang mereka terima memang jauh lebih besar dari yang biasanya diterima oleh kawan-kawan Indonesia. Hampir semua kawan Malaysia, terutama yang berkeluarga, memang memiliki mobil.  Sangat mudah bagi mereka untuk bepergian ke mana-mana. Baik belanja ataupun traveling, mereka biasa mereka lakukan dengan cara convoy.

Jadi, soal kebersamaan, apa lagi  Ramadhan di negeri orang, Malaysia jagonya.  

Birmingham, 28.06.15
Al Faqir Ibnu Sabil

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu
Minggu 1 Agustus  2004 yuli dah pergi dan aku merasa belum memberinya apa-apa.  sayang kami tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya ada satu kemungkinan untuk bertemu dengan kembarannya... aku harus menunggu setahun lagi. padahal bisa saja besok pagi aku mati. Kau tahu semakin banyak kendaraan yang melaju dengan cepat di jalan. setiap kali menyebrang jalan maka aku harus bersiap untuk masuk ke duani kematuian. Kau juga tahu semakin banyak pisau yang diasah untuk melukai dan membunuh orang lain dengan berbagai tujuan....kau lihat tubuhku.... kurus, trinkih... sebuah sasaran yang mudah ditaklukan hanya dengan pelototan mata yang menyeramkan... bisa saja saat aku menyapamu tiba-tiba ada peluru nyasar yang bisa membunuhku seketika... yang pasti aku tidak bisa melawan serangan-serangan kematian itu. Dari pada aku ketakutan dan tidak berani kemanan-mana maka mau ngagka mau aku harus membunuh rasa takut itu... sembunyi se aman apapun tidak akan memberikan jaminan keselamatan dari i