Langsung ke konten utama

PIKA NAMANYA

Gadis kecil yang kesepian, bocah kota yang sering main ke desa.
Siang itu ada suara motor memasuki halaman puskesmas. Dia langsung keluar dan menyambut orang yang datang dengan tatapan ramah, dan beberapa pertanyaan 'Mau ketemu, Ibu?'
Aku menggeleng. 'Mau ke mana?' Dia bertanya lagi sambil mendekati kami yang sedang memarkir Vespa di bawah pohon waru. Aku bilang aku ingin berteduh di bawah pohon dan istirahat.

Bocah kecil itu tinggal di Puskesmas karena ibunya bidan. Tapi dia dan ibunya tidak tinggal di sini setiap hari. rumah mereka di kota. Hanya pada hari sabtu dan minggu saja mereka berdua datang dan menginap di puskesmas ini. Ibunya bidan.

Seperti aku, temanku juga kagum dengan kebernaian bocah kecil ini. dia tidak takut dengan kami, orang lain yang belum dia kenal atau sekedar dia lihat sebelumnya. dia juga tahu kami bukan penduduk desa ini. Temanku berkenalan lalu bertanya, 'Adik suka, ya, tinggal di desa?'

bocah kecil itu menjawab tanpa memandang wajah kami. dia sibuk dengan daun waru yang dia main-mainkan dengan kedua tangannya. Kulihat wajahnya. Ini wajah anak-anak yang ceria. Tapi siang itu aku melihat bibirnya dan nada bicaranya cuek dan seperti memendam kesedihan atau sejenis kejengkelan.

'Tidak' jawabnya.
'Tidak suka tinggal di desa' tanya temanku lagi.
'Aku ke sini karena ikut ibu kok.'
Mengapa tidak suka tinggal di desa, Pika?
'Karena di sini aku tidak punya teman.'
kenapa?
'di sini teman-temannya islam semua. aku kan katolik'
lho berteman dengan teman islam kan nggak papa
'iya tapi mereka nggak mau temenan sama aku'

aduhhh kok bisa begitu ya... aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati dan mencoba menebak-nebak apa sebabnya.
'paling karena belum kenal sama pika..'
Pika mengangkat wajahnya 'Tidak! aku dah kenalan tapi mereka nggak mau.'

aduhh kok bisa begitu ya?!

Kalau di kota Pika banyak temannya?
'Di kota temanku banyak. Temannya, islam, katolik, islam. macam-macam'



Komentar

Anonim mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

PERKOKOHLAH BAHTERAMU

🌹Ramadhan ke-7 PERKOKOHLAH BAHTERAMU, KARENA SAMUDRA ITU DALAM 🍃🌾Rasulullah pernah berpesan pada Abu Dzar tentang tiga hal. Kata Rasul, “Wahai Abu Dzar, perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan itu panjang. Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaimu sangat jeli.” ⛵️⛵️Pertama, perkokohlah bahteramu karena samudra itu dalam. Dalamnya samudra itu mengandung resiko. Jika tenggelam, kita bisa mati. Samudra yang dalam itu juga penuh rahasia. Kita tidak pernah tahu ada apa saja di dalamnya. Karang yang besar atau ikan yang buas, sewaktu-waktu bisa mencelakai kita. Karena itu, pengarung samudra yang dalam memerlukan bahtera yang kuat, yang bisa melindungi penumpangnya dari resiko tersebut. ⛵️⛵️Inilah analogi hidup manusia. Hidup manusia di dunia ibarat hidup di tengah samudra yang dalam tersebut. Mempersiapkan bahtera yang kuat berarti mempersiapkan segala hal yang bisa membuatnya bertahan dan mudah mencapai tujuan hidupnya, yaitu akhirat. Tan
Minggu 1 Agustus  2004 yuli dah pergi dan aku merasa belum memberinya apa-apa.  sayang kami tidak akan pernah bertemu lagi. Aku hanya ada satu kemungkinan untuk bertemu dengan kembarannya... aku harus menunggu setahun lagi. padahal bisa saja besok pagi aku mati. Kau tahu semakin banyak kendaraan yang melaju dengan cepat di jalan. setiap kali menyebrang jalan maka aku harus bersiap untuk masuk ke duani kematuian. Kau juga tahu semakin banyak pisau yang diasah untuk melukai dan membunuh orang lain dengan berbagai tujuan....kau lihat tubuhku.... kurus, trinkih... sebuah sasaran yang mudah ditaklukan hanya dengan pelototan mata yang menyeramkan... bisa saja saat aku menyapamu tiba-tiba ada peluru nyasar yang bisa membunuhku seketika... yang pasti aku tidak bisa melawan serangan-serangan kematian itu. Dari pada aku ketakutan dan tidak berani kemanan-mana maka mau ngagka mau aku harus membunuh rasa takut itu... sembunyi se aman apapun tidak akan memberikan jaminan keselamatan dari i

Jangan Marah, Ya!

Jangan Marah, Ya! Sebuah Naskah Pidato Singkat untuk siswa MI Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Pertama, Marilah kita berterima kasih kepada Allah Yaitu dengan membaca Hamdalah. Alhamdu.....lillah. Terima kasih Ya. A....llah. Telah kau beri kami A....kal. Sehingga kami dapat bela...jar. Bukan kurang a... jar. Alhamdu....lillah. Kedua, Mari kita membaca sholawat. Allahumma Sholli Ala Muhammad! Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, Adik, Kakak, dan teman-teman semua yang saya sayangi. Siapakah yang ingin masuk surga? Ya. Kita semua, pasti, ingin masuk surga. LA TAGHDHOB WALAKAL JANNAH Janganlah marah, maka kamu akan masuk sur...ga. Orang yang ingin masuk surga, maka dia tidak boleh ma..... rah. Walaupun tidak naik kelas, tidak boleh ma.... rah Walaupun tidak dibelikan seragam baru tidak boleh ma.... rah Walaupu